MEDAN (Berita): Stok beras yang dikuasai Bulog Sumatera Utara saat ini mencapai 46 ribu ton, aman dan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sampai lebaran tahun ini.
Pemimpin Wilayah Perum Bulog Sumatera Utara Budi Cahyanto mengatakan hal itu kepada wartawan di kantornya Kamis (16/1/2024).
Budi mengatakan Bulog akan terus menambah stok, termasuk penyerapan gabah dan beras petani yang ditargetkan 500 ton tahun ini atau setara dengan 1.000 ton Gabah Kering Giling (GKG). Target serapan beras itu lebih rendah dibanding tahun lalu yang mencapai 1.000 ton.
“Tahun lalu target kita 1000 ton tapi realisasi nya 300 ton,” katanya.
Pemerintah melalui Bapanas telah mengeluarkan Keputusan Kepala Bapanas Nomor 2 Tahun 2025 tentang Perubahan atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dan Rafaksi Harga Gabah dan Beras. HPP itu berlaku mulai 15 Januari 2025.
Diharapkan dengan HPP baru yang makin tinggi itu, Bulog dapat memaksimalkan penyerapan gabah dan beras petani, khususnya saat terjadinya musim panen.
Dalam keputusan itu, HPP untuk harga gabah kualitas Gabah Kering Panen (GKP) Rp6500 per kg di tingkat petani dan Rp6700 per kg di tingkat penggilingan. Sementara harga gabah kualitas Gabah Kering Giling (GKG) senilai
Rp8000 per kg di tingkat penggilingan dan
Rp8200 per kg di gudang Bulog. Sementara harga beras ditetapkan senilai Rp12.000 per kilogram.
“HPP sekarang sudah sesuai dengan harga keekonomian. Kalau kita tanya ke petani mereka pasti inginnya lebih tinggi. Tapi kalau terlalu tinggi, kasihan konsumen,” tandas Budi.
Ia berharap target serapan gabah tahun ini dapat terealisasi. Harga pembelian pemerintah Bulog ke petani sesuai dengan HPP yang ditetapkan pemerintah.
Biasanya kalau harga beras di pasaran lebih tinggi dari HPP maka serapan beras petani lebih sedikit. Sebaliknya kalau harga beras di pasaran lebih murah dari HPP yang ditetapkan maka serapan gabah dan beras itu berpeluang meningkat.
“Namun saat ini petani bisa menjual hasil produksi mereka di atas HPP yang ditetapkan pemerintah,” kata Budi.
Bulog membeli beras dan gabah petani sesuai dengan persyaratan yang sudah ditentukan.
Untuk GKP dengan kadai air maksimum 25 persen, kadar hampa 10 persen. Kemudian untuk GKG dengan kadar air maksimum 14 persen dan kadar hampa maksimum 3 persen.
Sementara untuk beras, ketentuan yang bisa diserap adalah dengan kadar sosoh 100 persen, kadar air maksimal 14 persen, kadar butir patah maksimal 25 persen dan kadar butir menir 2 persen.
“Ya harus sesuai standar itu. Karena seperti kadar air itu akan sangat menentukan bobot GKG dan berasnya. Kalau tidak sesuai kualitas nanti hasil berasnya juga tidak sesuai dan muncul kerugian negara. Karena kita Bulog kan juga menggunakan APBN,” tukasnya.
Target 500 ton penyerapan itu, lanjut Budi, akan diserap melalui penggilingan-penggilingan yang saat ini telah menjadi mitra Bulog. Termasuk juga Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang telah memenuhi syarat.
“Selain dengan mitra, Satgas kita akan turun langsung untuk mendatangi Kelompok Tani guna menyerap beras mereka. Yang penting kita pastikan, setiap petani mendapatkan harga sesuai yang sudah ditetapkan,” jelasnya.
Gabah dan beras yang nantinya diserap dari petani, kata Budi, akan diperuntukkan sebagai Cadangan Beras Pemerintah (CBP). CBP ini nantinya untuk memenuhi kebutuhan Bantuan Pangan Gratis serta sejumlah peruntukan lain termasuk untuk Stabiltiasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Beras. (wie)