Oleh: Rajiv Bhatia
Kebijakan Act East India (AEP) memiliki prioritas tinggi dalam arsitektur kebijakan luar negeri negara ini.
Hal ini tercermin dari upaya dan sumber daya yang dicurahkan untuk membangun hubungan dengan kawasan tersebut dan menangani berbagai isu, termasuk bantuan kemanusiaan, keamanan maritim, kerja sama ekonomi, dan penyeimbangan kekuatan yang dihadapi negara-negara di kawasan ini.
Para pemimpin dan diplomat India berpartisipasi secara aktif dan konstruktif dalam semua diskusi di tingkat bilateral, sub-regional, dan regional. India telah muncul sebagai pemain politik kunci di Timur.
Latar Belakang dan Tren
Namun, AEP bersifat dinamis, bukan statis. Perkembangannya perlu diapresiasi dalam konteks historis. Sebelum masa kolonial, para pendeta, biksu, pedagang, dan masyarakat umum telah melakukan perjalanan ke timur dari pesisir India selama berabad-abad.
Fenomena ini masih dikenang hingga saat ini melalui perayaan tahunan Bali Jatra di Odisha. Jejak seni dan budaya India terlihat jelas di kuil Hindu dan Buddha di Kamboja, Myanmar, Vietnam, dan Indonesia.
Pasca-kemerdekaan, interaksi terus berlanjut dan berkembang, meskipun lebih bersifat politis, seperti kerja sama yang menciptakan Gerakan Non-Blok. Berakhirnya Perang Dingin mendorong India mencari peluang perdagangan dan investasi saat memulai liberalisasi ekonomi besar-besaran. Dari sinilah Kebijakan Look East diluncurkan pada awal 1990-an.
Dalam konteks ini, Perdana Menteri Narendra Modi pada 13 November 2014 di KTT Asia Timur ke-9 di Myanmar mengumumkan, “Sejak menjabat enam bulan yang lalu, pemerintah saya telah bergerak dengan prioritas besar dan sepakat untuk mengubah Kebijakan Look East menjadi Kebijakan Act East.”
Perubahan dari kebijakan lama ke kebijakan baru bukan sekadar pergantian label. Ini adalah reorientasi substantif yang mencerminkan tekad yang lebih besar untuk mengejar kepentingan luas negara dalam lingkungan yang berubah dengan cepat.
Fokus kebijakan kini tidak hanya pada Asia Tenggara tetapi juga seluruh Asia Timur, tanpa mengurangi sentralitas ASEAN. Selain itu, kerja sama pertahanan, keamanan maritim, dan perhitungan strategis ditambahkan ke paket kerja sama politik, ekonomi, dan budaya sebelumnya.
Tujuan baru kebijakan ini adalah memastikan perhatian optimal pada pengembangan India Timur Laut dan memperluas hubungan dengan negara-negara ASEAN. Penekanan lebih besar pada implementasi komitmen India, terutama saat ketegasan Tiongkok meningkat, menjadi ciri penting kebijakan baru ini.
Kemudian, visi Indo-Pasifik India dibangun di atas AEP, dengan penekanan pada keterkaitan mendalam antara Samudra Hindia dan Pasifik. Hal ini diperkuat oleh doktrin SAGAR (Keamanan dan Pertumbuhan untuk Semua di Kawasan).
Secara konsisten, India mempromosikan kawasan Indo-Pasifik yang bebas, terbuka, inklusif, damai, dan makmur berdasarkan tatanan internasional berbasis aturan, sebagaimana ditegaskan oleh Menteri Luar Negeri S. Jaishankar saat berbicara di Thailand pada Agustus 2022.
Dampak AEP selama dekade terakhir (2014–2024) dapat dinilai dari beberapa sudut:
Hubungan dengan ASEAN.
Hubungan India dengan ASEAN terus tumbuh kuat. KTT tahunan menjadi peluang berharga untuk meninjau kemajuan dan mendorong lebih banyak kerja sama di berbagai bidang politik, keamanan, perdagangan, investasi, budaya, pendidikan, dan hubungan antar masyarakat.
Perdagangan bilateral meningkat dari $74 miliar pada 2014–15 menjadi $121 miliar pada 2023–24. Aliran FDI tahunan India ke ASEAN naik dari $1,5 miliar pada 2019 menjadi $5,6 miliar pada 2023, sementara investasi kumulatif ASEAN di India mencapai $117 miliar selama 2000–2024.
Inisiatif Indo-Pasifik Oceans (IPOI)
Pada KTT Asia Timur ke-14 pada November 2019, India meluncurkan IPOI yang berfokus pada tujuh pilar seperti keamanan maritim, ekologi maritim, dan sumber daya maritim. Inisiatif ini cocok dengan Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik (AOIP), dan proyek kolaboratif yang melibatkan kedua inisiatif telah mulai dibahas dan diimplementasikan secara bertahap.
Peran dalam Quad
Melampaui ASEAN, India menjadi pemimpin dalam membentuk Quad yang terdiri dari AS, Jepang, dan Australia. Quad, yang merayakan 20 tahun keberadaannya, dalam pernyataan bersama pada 30 Desember 2024 menegaskan bahwa apa yang dimulai sebagai respons darurat kini telah berkembang menjadi kemitraan penuh.
Penguatan Lembaga Regional
AEP mendorong India memperkuat lembaga regional seperti Indian Ocean Rim Association (IORA), Bay of Bengal Initiative for Multi-Sectoral Technical and Economic Cooperation (BIMSTEC), dan Pacific Islands Forum (PIF).
Prospek
PM Modi menyatakan bahwa AEP telah merevitalisasi hubungan dengan ASEAN. Namun, tantangan seperti persaingan AS-Tiongkok yang semakin tajam, ketidakpastian COC di Laut China Selatan, serta krisis Myanmar menghambat proyek konektivitas India.
Meski India tidak bergabung dengan RCEP, penyelesaian tinjauan Perjanjian Perdagangan Barang India-ASEAN (AITIGA) dapat menciptakan kondisi yang lebih baik untuk peningkatan perdagangan bilateral.
Diplomasi India harus tetap fokus pada mempererat hubungan bilateral dengan pemain kunci, seperti kunjungan Presiden Indonesia Prabowo Subiyanto pada Hari Republik India baru-baru ini. (***)
***Rajiv Bhatia adalah Fellow Terkemuka di Gateway House dan mantan Duta Besar India dengan pengalaman diplomatik luas di Asia Tenggara.