BI Prediksi Inflasi 2020 Lebih Rendah

  • Bagikan
Kepala Perwakilan BI Wilayah Sumut Wiwiek Sisto Widayat berbicara kepada wartawan Jumat (14/8/2020).Berita Sore/Laswie Wakid
Kepala Perwakilan BI Wilayah Sumut Wiwiek Sisto Widayat berbicara kepada wartawan Jumat (14/8/2020).Berita Sore/Laswie Wakid

MEDAN (Berita): Bank Indonesia (BI) memprediksi inflasi 2020 akan lebih rendah yakni berkisar 1,9 – 2,3 persen (yoy) dari tahun 2019 sebesar 2,33 persen (yoy) dan berada di batas bawah sasaran inflasi nasional yaitu 3±1 persen (yoy) seiring dengan terbatasnya daya beli masyarakat akibat Pandemi COVID-19.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah Sumatera Utara Wiwiek Sisto Widayat mengatakan hal itu Jumat (14/8/2020).

Namun demikian, kata Wiwiek, terdapat beberapa risiko yang dapat menimbulkan shock temporer seperti keterlambatan impor luar negeri, kenaikan harga emas, hambatan distribusi domestik dan penimbunan/belanja berlebihan oleh konsumen.

Indeks Harga Konsumen (IHK) Sumut Juli 2020 tercatat deflasi -0,25 persen (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat deflasi -0,07 persen (mtm) serta dari Sumatera dan Nasional.

Wiwiek menyebut sejumlah faktor pendorong inflasi yakni peningkatan harga komoditas impor seiring dengan terhambatnya pasokan karena pandemi Covid-19 mempengaruhi aktivitas produksi negara penghasil. Hambatan distribusi domestik akibat Covid-19, penimbunan/belanja berlebihan oleh konsumen dan naiknya permintaan komoditas tertentu.Tendensi peningkatan harga emas di pasar global akan turut mendorong kenaikan harga komoditas emas perhiasan.

Sedangkan faktor penahan inflasi yakniekspektasi inflasi yang terjangkar, cuaca dan iklim yang lebih kondusif dari tahun 2019, daya beli masyarakat terbatas akibat perlambatan ekonomi pada masa pandemi Covid-19. Pemulihan aktivitas ekonomi berjalan lambat seiring dengan kasus Covid-19 yang masih merebak dan masih terbatasnya mobilitas sehingga berpengaruh terhadap tarif layanan transportasi.

Wiwiek menyebut dalam rangka menjaga kestabilan harga, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) melakukan koordinasi rutin dengan beberapa langkah pokok sesuai 4K (Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, Keterjangkauan Harga, Komunikasi yang Efektif).

Ia menjelaskan untuk Keterjangkauan Harga yakni rencana penyusunan Perda yang mengamanatkan Dhirga Surya sebagai stabilisator harga di Sumut. Rencana penyerapan suplai cabai merah yang akan panen melalui PT AIJ saat harga sedang rendah. Pemantauan harga 6 komoditas pangan utama oleh Satgas Pangan serta pemantauan langsung ke distributor dan FGD jika adanya kenaikan harga.

Kelancaran Distribusi yakni digitalisasi penjualan dan pasar dengan pemanfaatan platform e-commerce di sisi distribusi (seperti Pak Tani Digital). Mendorong Kejasama Antar Daerah oleh BUMD Pangan. Sedang proses penjajakan bersama Kepri. Upaya memotong rantai pasok yang panjang sehingga Nilai Tukar Petani (NTP) meningkat.

Ketersediaan Pasokan yakni dengan monitoring pasokan untuk mewujudkan pangkalan data yang dapat dijadikan acuan. Per 17 Juli 2020, Dhirga Surya telah memperoleh sertifikat dari Bapepti untuk pengelolaan SRG di Serdang Bedagai. Intervensi penanaman bawang putih dan penangkaran bibit bawang merah oleh Dinas TPH untuk memenuhi kebutuhan Sumut yang masih defisit.

Komunikasi Yang Efektif yakni Kampanye belanja bijak (tidak menimbun barang) serta belanja online melalui radio dan media informasi lainnya. (Wie)

Berikan Komentar
  • Bagikan