Tanggul Sungai Rintis Bertahun-tahun Dibiarkan Ambruk

  • Bagikan
Kondisi Tanggul Sungai Rintis yang ambruk dan mengancam pemukiman penduduk di kawasan bantaran sungai, Jumat (23/10).(Ist)
Kondisi Tanggul Sungai Rintis yang ambruk dan mengancam pemukiman penduduk di kawasan bantaran sungai, Jumat (23/10).(Ist)

SINGKIL (Berita): Warga Desa Siti Ambia Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil mengeluhkan kondisi tanggul Sungai Rintis yang ambruk dan dibiarkan sejak beberapa tahun silam.

Sebab, selain khawatir banjir rob yang dampaknya bakal menggenangi rumah penduduk di sejumlah desa di sana, warga juga mengaku kesulitan menambatkan perahu saat hendak pergi dan pulang melaut.

Salah satu warga Siti Ambia Irwansyah kepada Waspada, Minggu (25/10) menjelaskan, tanggul tersebut menjadi penahan Sungai Rintis dan pengaman pemukiman warga dari banjir.

Sebab, tanggul yang terbuat dari beton dan ditimbun tanah itu juga menjadi jalan alternatif masyarakat yang melintas dari pinggir sungai.

“Maka jika dibiarkan jebol, benteng pengaman yang menjadi jalan lintasan masyarakat juga ambruk akibat erosi dan terus melebar,” ucap Iwan.

Disebutkannya, sekitar sepanjang 600 meter tanggul di sisi kanan dan kiri sungai, dari Jembatan Desa Suka Makmur dan Jembatan Desa Ujung sudah sebagian besar ambruk, dan sudah ratusan meter mengalami erosi.

Bahkan, erosi juga sudah memakan benteng pengaman sungai, yang sebelumnya dimanfaatkan warga untuk mengangkut hasil tangkapan nelayan.

“Dulu masih saya aktif merebus ikan, mobil kecil dan becak masih bisa masuk angkut barang, sekarang sudah tidak bisa lagi,” tandasnya.

Disebutkannya, aliran Sungai Rintis melintasi Desa Suka Makmur, Kuta Simboling, Siti Ambia dan Desa Ujung Kecamatan Singkil.

Sebagian pemukiman warga hanya berjarak puluhan meter bahkan berada persis ditepi sungai. Saat musim penghujan air sungai kerap meluap hingga merendam rumah warga.

Terpisah, Wingni warga Siti Ambia lainnya mengakui kerusakan tanggul yang berada persis dibelakang rumahnya sudah semakin parah.

Kami yang tinggal di pinggir sungai kalau sudah hujan jadi was-was. Jika tanggul itu jebol bahaya juga bagi kami.

Kami berharap Pemerintah Pusat dan daerah, segera memperbaiki tanggul tersebut, sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, harapnya.

Sebelumnya, tanggul yang dibangun sejak masa BRR Aceh-Nias tahun 2008, itu diperkirakan menelan anggaran sekitar tujuh miliar rupiah.

Terpisah, Khairuman salah satu perangkat desa di Pulo Sarok juga mengeluhkan kondisi tanggul di samping rumahnya yang ambruk dan menyebabkan erosi, sehingga mengancam bangunan rumahnya, yang berada disamping Masjid Taqwa.

“Sudah juga disampaikan ke pemerintah daerah tapi sampai saat ini belum ada upaya penanganan,” keluhnya. (b25)

Berikan Komentar
  • Bagikan