MEDAN (Berita) : Pabrik Gula Sei Semayang kembali melakukan penggilingan dan pembuatan gula kristal putih pada tahun ini, setelah enam tahun tidak beroperasi.
Berproduksinya kembali pabrik itu ditandai dengan seremoni Kenduri Giling Perdana Pabrik Gula Sei Semayang 2021 di areal pabrik di Jalan Binjai Km 12, Desa Mulyorejo, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deliserdang, Sumatra Utara, Jumat (12/2).
Manager Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) Anan Aryusi optimistis pabriknya akan mampu mencapai target giling sebanyak 3.200 ton tebu per hari dengan rendemen 6,2%.
Adapun target giling secara keseluruhan adalah sebanyak 185 ribu ton tebu yang akan dikerjakan selama 65 hari. Selain itu, kualitas gula pasir yang dihasilkan pabrik milik PT Perkebunan Nusantara II, atau PTPN II, dia pastikan akan sesuai dengan standar SNI.
Bagi Anan, momentum ini menjadi sejarah baru bagi PGSS. Dia tuturkan, pabriknya sudah enam tahun tidak giling (terakhir giling tahun 2014) dan pada 2020 pabrik kembali berjalan yang dimulai dengan tahap commissioning.
Tahap commissioning adalah proses untuk memastikan bahwa semua sistem dan komponen pabrik telah dirancang, dipasang, diuji, dioperasikan, dan dipelihara sesuai dengan persyaratan operasional.
Berbagai perbaikan pun sudah dilakukan, terutama pada mesin boiler dan turbin. Setelah perbaikan, pabrik sudah bisa dihidupkan kembali mulai Kamis (11/2).
Dia memastikan asap buangan yang keluar dari cerobong saat ini tidak sedikit pun berwarna gelap. Itu menandakan bahwa embusan udara dari boiler sangat bagus.
Menurut Anan, keberhasilan ini tidak terlepas dari dua hal, yakni dukungan penuh dari direksi dan kebijakan yang diterapkan oleh manajemen pabrik. Direksi selalu memberikan persetujuan dengan cepat terhadap pengajuan berbagai perbaikan pabrik.
Atas dukungan itu, pabrik pun mampu beroperasi lebih cepat dari awal perencanaan, yakni mulai Maret 2021. Pabrik dapat merespon limpahan panen tebu yang mencapai hampir dua kali lipat dari proyeksi sebelumnya.
Dukungan direksi PTPN II itu diiringi dengan kebijakan manajemen pabrik yang berprinsip “tak kenal lelah”. Manajemen pabrik selalu memompa semangat kerja para pegawai seperti dalam suatu peperangan.
“Waktu kami (siaga) full 24 jam. Malah seolah istri pertama kami adalah pabrik gula, baru kedua adalah yang di rumah,” tutur Anan.
Upaya ini dilakukan karena manajemen tidak ingin lagi pabriknya bernasib sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Saking semangatnya, mereka sepakat seluruh manajemen dan pegawai tetap tinggal di komplek perumahan karyawan PGSS.
“Tidak boleh keluar daerah walaupun libur. Kalau ada yang mau keluar daerah harus melapor. Selama 24 jam kami semua dituntut harus ada di kawasan pabrik,” pungkasnya. (rel/wie)