MEDAN (Berita): Untuk kinerja sejumlah emiten berbasis komoditas di Bursa Efek Indonesia (BEI). Seharusnya memang mengikuti pola pergerakan harga komoditas yang di transaksikan.
Namun beberapa emiten justru ragu ragu untuk naik seiring dengan mulai meningkatnya tekanan di bursa saham belakangan ini. Ditambah lagi kinerja IHSG yang masih kesulitan naik dan menembus level psikologis 6.300.
Artinya, meski harga komoditas naik yang biasanya mempengaruhi harga saham, namun tidak kali ini.
Demikian Pakar Ekonomi Benjamin Gunawan kepada Berita, Minggu, (28/2) di Medan.
Menurut Benjamin, ada faktor tertentu yang menahan kenaikan sejumlah saham berbasis komoditas. Khususnya berbasis komoditas minyak dunia, batubara ataupun CPO.
Meski dalam sebulan terkahir ini ketiga komoditas tersebut mengalami kenaikan pada dasarnya, namun justru tidak serta merta membuat perusahaan di bursa saham lantas mengalami kenaikan harga yang linier.
Itu dicontohkan Benjamin dengan harga CPO yang naik dalam satu bulan terakhir, namun tidak lantas membuat kinerja harga saham berbasis di BEI Indonesia juga turut mengalami kenaikan.
Memang,lanjut Benjamin, selama sebulan terakhir harga saham berbasis komoditas CPO tersebut bergerak naik turun. Tetapi bermuara pada kinerja harga yang tidak jauh berbeda dibandingkan dengan kinerja sebulan sebelumnya,jelas Benjamin.
Benjamin menyebutkan, bahkan tidak jarang justru harganya lebih rendah dari harga saham sebulan sebelumnya. Hal yang sama juga terjadi pada harga saham berbasis batu bara.
Dari kinerja yang terlihat harga saham batu bara juga tidak bergerak terlalu jauh jika membandingkan kinerja harga saham sebulan sebelumnya,sebut Benjamin
Yang terjadi, kata Benjamin, justru beberapa harga saham lebih rendah dari harga sebulan yang lalu. Padahal, harga batubara justru mengalami kenaikan belakangan ini.
Dari beberapa emiten yang ada di bursa tersebut, maka bisa disimpulkan bahwa harga saham berbasis komoditas tidak harus linier dengan harga komoditas yang menjadi produksinya.
Sebab,ada banyak pemicu mengapa harga saham berbasis komoditas sulit mengalami kenaikan belakangan ini. Pertama, bisa saja kenaikan harga tidak linier dengan pendapatan perusahaan. Kenaikan harga justru tidak lantas membuat volume penjualan mengalami kenaikan.
Lalu, pemicu kedua, lanjut Benjamin, terjadi kenaikan harga saham yang sudah memperkirakan kemungkinan kenaikan harag di masa yang akan datang. Hal ini membuat harga saham batubara ttidak lantas merespon kenaikan tersebut.
Selanjutnya, rasio keuangan yang sudah menunjukan harga saham sudah berada dalam level wajar atau bahkan kemahalan. Yang terjadi, malah koreksi pada harga saham itu sendiri. Jadi ada banyak faktor pendorongnya,sebut Benjamin, (lin)
Pakar Ekonomi Benjamin Gunawan