MEDAN (Berita): Pakar Ekonomi Benjamin Gunawan mengatakan, kebijakan pemerintah yang memberlakukan PPnBM kendaraan sebesar 0% , ini sebenarnya adalah upaya pemerintah untuk mendorong konsumsi.
Bila mengharapkan bahwa penjualan kendaraan khususnya mobil meningkat. Tentunya memang bisa mendongkrak penjualan. Hanya saja kalau targetnya adalah penjualan kendaraan bisa kembali normal sebelum pra covid. Karena itu tentunya kebijakan ini tidak akan mampu merealisasikan target seperti itu.
Hal itu dikatakan Benjamin Gunawan kepada Berita, Rabu, ,(3/3) menyikapi atas pemberlakuan kebijakan pemerintah dengan menggratiskan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) yang berlaku sejak 1 Maret 2021
Menurut Benjamin, kebijakan PPnBM sebesar 0% akan membuat harga kendaran mengalami penurunan meski industri manufaktur khususnya otomotif menyambut baik kabar tersebut.
Tetapi,kata Benjamin, bagi pengusaha yang menjual mobil bekas justru bisa menjadi malapetaka bagi mereka. Artinya, disektor otomotif saja, kebijakan itu seperti memindahkan uang dari kantong kiri ke kantong kanan. Dampak ekonomi sektoral dari kebijakan tersebut tidak signifikan dalam memulihkan keadaan,jelas Benjamin.
Lantas yang menjadi pertanyaan, bagaimana pula dari sudut pandang makronya?. Kalau melihat upaya yang dilakukan pemerintah dengan memberlakukan kebijakan seperti itu, memang pemerintah terlihat tengah berupaya menggenjot belanja masyarakat menengah keatas.
Sedang untuk masyarakat miskin selama ini di topang dengan bantuan sosial. Nah untuk masyarakat menengah keatas yang diharapkan menjadi motor belanja memang bisa dilakukan dengan pendekatan seperti ini,ucap Benjamin.
“Saya menilai ini hanya upaya keras pemerintah, agar motor pertumbuhan yang ditopang dari konsumsi masyarakat bisa membaik. Kalau hasilnya mungkin tetap tidak akan terlalu menggembirakan. Meskipun tetap akan ada dampak ekonomi ke arah yang positif dengan kebijakan tersebut, tambah Benjamin lagi.
Bahkan Benjamin menilai dan dia sangat yakin penjualan mobil selama pandemic yang terpuruk 50% tidak akan lantas pulih dengan kebijakan PPnBM. “Saya sangat yakin dengan kebijakan dengan menggratiskan serta merta memulihkan perekonomian, jelas Benjamin.
Masalahnya,lanjut Benjamin, ada di daya beli saat ini. Masyarakat kaya memang memiliki ruang untuk belanja yang lebih besar dibandingkan kelas lainnya.
Tetapi, tidak akan semudah itu merubah persepsi masyarakat kaya untuk lantas membelanjakan uangnya. Masyarakat kaya cenderung memiliki pemahaman tentang investasi yang lebih luas dibandingkan masyarakat kelas lain,sebut Benjamin.
Masih menurut Benjamin, ditengah krisis seperti ini, masyarakat kaya tetap akan hati-hati membelanjakan uangnya. Mereka berkecukupan, tetapi bukan berarti mereka lantas bisa seenaknya membelanjakan uangnya. Apalagi mudah tergiur dengan kebijakan PPnBM kendaraan tersebut,urainya.
‘Jadi, saya melihat kebijakan ini merupakan upaya pemerintah untuk memperbaiki keadaan. Kita patut mengapresiasinya, daripada dibandingkan pemerintah tidak mengambil sikap apapun untuk mencoba memulihkan keadaan.
Tetapi kalau diharapkan kebijakan PPnBM ini bisa memulihkan kondisi industry otomotif dengan segera, maka jalannya masih panjang dan tidak akan secepat itu,papar Benjamin lagi.
“Tetapi satu hal yang harus kita fahami bersama, menyelamatkan industry otomotif dari keterpurukan itu memang penting ditengah kondisi resesi dan pandemic seperti saat ini” pungkasnya. (lin)