JENEWA, Swiss ( Berita ) : Organisasi Kesehatan Dunia(WHO) menyoroti peningkatan kasus infeksi Covid-19 di Indonesia yang dipicu oleh varian-varian baru.
WHO mendesak pemerintah Indonesia untuk memperketat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Dalam laporan situasinya, WHO mencatat bahwa peningkatan drastis tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit atau Bed Occupancy Ratio (BOR) telah menjadi kekhawatiran besar, dan memerlukan penerapan langkah-langkah kesehatan dan sosial masyarakat yang lebih ketat, termasuk Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
“Dengan meningkatnya penularan karena variants ofconcern, diperlukan tindakan segera untuk mengatasi situasi di banyak provinsi,” kata WHO dalam laporan situasinya pada Kamis (17/6) yang diberitakan Associated Press, Jumat (18/6).
Lonjakan infeksi virus Corona telah terlihat pekan ini di Provinsi DKI Jakarta, Banten,Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Semuanya berlokasi di Jawa, pulau terpadat di Indonesia.
Sebelumnya, DinasKesehatan DKI Jakarta mengungkapkan tiga varian baru Corona telah ditemukan diwilayah Jakarta.
Tiga varian tersebut adalah Alpha, yang ditemukan pertama kali di Inggris; Beta di Afrika Selatan; dan terakhir, varian Delta di India.
“Ada tiga varian yang ditemukan di Jakarta, (yaitu) Alpha,Beta, dan Delta,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) DKI Jakarta Widyastuti, Senin lalu.
Diketahui 19 kasus varian baru Covid-19 telah masuk ke Ibu Kota.
Sebagian besar dari mereka yang terpapar virus tersebut adalah pekerja migran.
Widyastuti menyebut, 5 dari 19 orang tersebut merupakan warga negara Indonesia.
Saat ini kelima orang tersebut telah dinyatakan sembuh. “Yang lima berasal dari warga negara kita, tapi dalam posisi sembuh dan sehat,” tutur Widyastuti.
Hingga saat ini ia masih belum mengetahui asal penularan virus dari kelima orang tersebut.
Adapun 14 orang yang belum dinyatakan sembuh, kini masih menjalani karantina di Wisma Atlet Pademangan, Jakarta Utara.
Indonesia telah melaporkan lebih dari 1,9 juta kasus Corona sejak pandemi dimulai, dengan lebih dari 53.700 kematian, jumlah korban tertinggi di Asia Tenggara.
Angka-angka itu dianggap lebih kecil dari angka sebenarnya karena kurangnya pengujian yang meluas. (ap/ant/m11/Wsp)