MEDAN ( Berita ) : Kebijakan pemerintah terkait Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat atau PPKM Level 4 guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19, memberikan dampak buruk terhadap pertumbuhan ekonomi, terutama di Sumatera Utara.
“Ya PPKM Darurat yang diberlakukan hingga 25 Juli 2021 telah memberikan dampak bagi perekonomian Sumut, khususnya Kota Medan.
Sebagai kota terbesar dan pusat pertumbuhan ekonomi Sumut, tentunya pemberlakukan PPKM Darurat telah memberikan dampak negatif baik dari sisi produksi maupun konsumsi,” ujar Pengamat Ekonomi Sumut Wahyu Ario Pratomo, Minggu (25/7).
Dosen Universitas Sumatera Utara (USU) ini menyebutkan, dari sisi produksi, adanya peraturan untuk mengurangi aktivitas produksi barang dan jasa kecuali untuk sektor esensial dan kritikal, memberikan dampak bagi pengurangan omset.
“Demikian juga sektor hotel, restoran, perdagangan terkena dampak karena dibatasinya kegiatan hingga jam tertentu dan tidak boleh ada kerumunan,” katanya.
Sementara itu, dari pengurangan sisi produksi berdampak terhadap pemberhentian atau pemutusan hubungan kerja (PHK) pada pekerja dan pengurangan jam kerja yang kemudian berdampak terhadap pendapatan masyarakat.
Kemudian sisi konsumsi, kata Wahyu, pengurangan pendapatan masyarakat memberikan pengaruh bagi pengurangan konsumsi rumah tangga.
Padahal, konsumsi rumah tangga merupakan komponen pendorong perekonomian terbesar.
“Dengan pengurangan daya beli masyarakat,jelas kemudian memberikan dampak ikutan bagi pengurangan produksi.
Dampak multiplier pengurangan ini yang dapat menekan pertumbuhan ekonomi Sumut,” tuturnya.
Dia berharap, PPKM Darurat ini dapat dilonggarkan agar sisi produksi dan konsumsi kembali bisa bergerak, sehingga perekonomian Sumut masih dapat tumbuh pada tahun 2021.
“Diperkirakan pertumbuhan ekonomi Sumut tahun 2021, dapat tumbuh 3,0% hingga 4,5%.
Tentunya dengan persyaratan PPKM ini tidak diperpanjang, dan kasus baru Covid-19 di Sumut berkurang,” sebutnya.
Menurutnya, hal yang masih dapat menolong Sumut adalah ekspor Sumut yang masih terus tumbuh. Permintaan negara mitra dagang Sumut atas komoditi andalan seperti CPO, kopi, buah-buahan masih cukup menjanjikan, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Sumut.
“Pertumbuhan permintaan dari luar negeri menandakan perekonomian negara luar sudah semakin membaik, sementara di dalam negeri masih terus berkutat dengan kegiatan pembatasan yang memberikan tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi domestik,” sebutnya.
Untuk itu, Wahyu Ario menekankan, solusi ke depan untuk memang harus dilonggarkan kegiatan masyarakat, khususnya para pedagang yang membutuhkan penghasilan dari berjualannya.
Hanya saja memang akan bertentangan dengan sisi kesehatan. “Vaksinasi salah satu solusi penting dalam membentuk immunity herds.
Virus gak akan hilang tapi kalau kekebalan komunal terbentuk,penyebaran virus ini bisa dihambat. Apalagi kalau kita sudah imunitas individu sudah ada karena antibodi di masing-masing sudah terbentuk, maka pergerakan masyakat dapat dijalankan seperti biasa.
Kuncinya vaksinasi, protokol kesehatan tetap dijaga sehingga pergerakan masyarkat kembali norma ldan ekonomi bisa berjalan,” katanya. (Wsp)