PPKS Akan Bangun Pabrik Biodiesel Di Jambi

  • Bagikan
Kepala kelompok peneliti RTPL PPKS M. Ansori Nasution. beritasore/laswie wakid
Kepala kelompok peneliti RTPL PPKS M. Ansori Nasution. beritasore/laswie wakid

MEDAN (Berita): Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yang berkantor di Jalan Brigjen Katamso Medan akan membangun pabrik Biodiesel (B100) kerjasama dengan investor Kroasia di Jambi.

Hal itu dikatakan Kepala kelompok peneliti RTPL (Rekayasa Teknologi dan Pengelolaan Lingkungan) PPKS M. Ansori Nasution kepada wartawan dalam pertemuan virtual “Sumatera Utara Di Tengah Implementasi B30” yang diselenggarakan Forum Jurnalis Energi (FJE) Jumat (6/8).

Pembicara lain pada virtual itu Kabid Ketenagalistrikan Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumatera Utara Karlo Purba dengan moderator Nurhalim Tanjung.

Ansori mengatakan pabrik itu kapasitasnya 5 ton per hari. Nantinya akan memproduksi 5.000 liter B100 atau 10.000 liter B50. PPKS tetap memproduksi B100, kalaupun nanti dipakai ke lapangan, maka diblending dulu oleh Pertamina menjadi B50 atau B30.

“Investasi mencapai Rp 2 miliar dan saat ini masih untuk pemakaian di perkebunan sendiri seperti untuk bahan bakar traktor,” katanya.

Ia menyebut bahan baku kelapa sawit untuk jadi CPO cukup banyak di sana dimana ada koperasi petani sawit yang dapat memasoknya ke pabrik.

Untuk 1,05 kg CPO dapat menghasilkan 1 liter B100. “Cukup mudah membuat biodiesel, siapapun bisa. Teknologinya tak ada yang istimewa,” jelas Ansori.

Menurutnya, penelitian biodiesel sudah dilakukan PPKS sejak tahun 1990-an. Tahun 2000 PPKS sudah uji coba B10 dengan perjalanan Medan Jakarta.

Kalau B30, berarti biodiesel 30 persen dan sisanya 70 persen solar. Sekarang sudah bisa B50, cuma beberapa kendaraan keluaran terbaru  seperti mobil dari Jepang dan Eropa tak bisa pakai biodiesel.

“Hanya kendaraan keluaran lama yang bisa pakai,” ungkapnya.

PPKS melakukan penelitian bahan bakar biodiesel karena potensi sawit yang cukup besar. Tahun 2019, produksi CPO Indonesia mencapai 46 juta ton, konsumsi lokal hanya 13 juta ton, termasuk untuk B20 dan B30. Sisa CPO itu sebagian besar diekspor.

Awal tahun 2019,  ia pernah membuat proposal untuk produksi B50 dan disetujui Direktur PPKS. “Saat itu dunia melihat bahwa dengan bahan bakar B50 ternyata kendaraan bisa jalan,” terangnya.

Ia menjelaskan kalau biodiesel bisa menjadi bahan bakar kendaraan maka impor solar berkurang dan potensi CPO yang cukup besar itu dapat dimanfaatkan di dalam negeri sebagai energi terbarukan yang tidak lagi berharap pada energi fosil dimana kondisinya hampir habis.

Kabid Ketenagalistrikan Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumatera Utara Karlo Purba mengakui potensi energi di Sumatera Utara sudah tak ada lagi seperti minyak dan gas.

Potensi air dan panas bumi yang ada di daerah ini belum dapat dimanfaatkan. Sedangkan besi dan emas ada di Madina, itupun tidak terlalu berharap banyak.

“Sekarang yang diharapkan pemanfaatan sektor energi dari perkebunan seperti biodiesel,” jelas Karlo seraya menyebut kewenangan Dinas ESDM tak ada lagi tentang tata kelola minyak dan gas (Migas).

Karlo menyebut untuk B30 dan B20 memang konsumen  wajib menggunakannya. “Kami sosialisasikan hal ini ke seluruh usaha BBM,” katanya.

Saat ini menurut Karlo, harga TBS cukup tinggi mencapai Rp2.300 per kg diikuti dengan tingginya harga CPO sehingga pengusaha sawit lebih tertarik mengekspor produksinya. “Harapan kita ke depan Indonesia menjadi negara pertama yang menggunakan B100,” ungkap Karlo. (wie)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *