JAKARTA (Berita): PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) mampu membuktikan bahwa kinerja perbankan syariah bisa cemerlang di masa pandemi Covid-19.
Hal ini menegaskan prospek dan potensi ekonomi syariah yang sangat besar dalam membangkitkan ekonomi dari tekanan krisis di dalam negeri.
Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Hery Gunardi Kamis (21/10) mengatakan masyarakat melihat perbankan syariah sebagai alternatif layanan jasa keuangan karena lebih transparan, lebih berpihak kepada publik dan tidak memberatkan.
“Selain itu, perbankan syariah mempermudah masyarakat melakukan transaksi sosial seperti zakat, infaq dan wakaf tanpa harus berinteraksi langsung,” katanya.
Hery yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) menjelaskan bahwa di tengah kondisi ekonomi yang menantang karena pandemi Covid-19, total aset perbankan syariah secara nasional tetap tumbuh.
Pada Juli 2021, aset perbankan syariah di Tanah Air tumbuh sekitar 16,35 persen, pembiayaan tumbuh 6,82 persen dan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 17,98 persen.
“Ini tanda-tanda positif, artinya sebagaian masyarakat sudah melirik perbankan syariah karena cukup kompetitif.
Diharapkan dengan peran perbankan syariah dapat mengambil posisi dan kontribusi agar potensi besar ini memberikan manfaat lebih bagi masyarakat,” ujarnya optimistis.
Adapun untuk kinerja BSI, bank syariah terbesar di Tanah Air itu pun mampu membukukan catatan manis di saat kondisi ekonomi yang menantang.
Pada semester I/2021, BSI mencatat perolehan laba bersih sebesar Rp 1,48 triliun, atau naik sekitar 34,29 persen secara year on year (yoy).
Kenaikan laba tersebut dipicu oleh pertumbuhan pembiayaan dan dana pihak ketiga (DPK) yang berkualitas.
Dengan kinerja yang positif itu, BSI berhasil mencatatkan total aset sebesar Rp247,3 triliun hingga Juni 2021. Jumlah itu naik sekitar 15,16 persen secara yoy.
Untuk pembiayaan, BSI menyalurkan Rp161,5 triliun atau tumbuh sekitar 11,73 persen secara yoy.
Dengan angka tersebut, BSI berhasil menguasai pangsa pasar industri perbankan Syariah di Indonesia saat ini.
Untuk menjaga pertumbuhan ke depan, Hery menyebut BSI akan terus meningkatkan kapabilitas digital.
Hal ini dapat dilihat dari volume transaksi kanal digital BSI yang tumbuh signifikan sepanjang triwulan kedua 2021.
Hingga Juni 2021, nilai transaksi kanal digital BSI sudah menembus Rp 95,13 triliun. Hal ini didorong oleh jumlah pengguna mobile banking yang menembus 2,5 juta.
Karena kinerja yang gemilang tersebut Hery pun mendapatkan penghargaan sebagai Tokoh Syariah kategori Praktisi dalam acara Awarding Best Syariah 2021.
Sementara itu, BSI mendapatkan Penghargaan Khusus sebagai Bank Syariah Terbesar dan Penghargaan Sukuk Syariah Mudharabah.
“Terima kasih kepada seluruh nasabah dan stakeholders atas dukungan dan kepercayaan yang telah diberikan kepada Bank Syariah Indonesia.
Tentunya penghargaan ini memacu kami untuk selalu berinovasi dan bertransformasi memberikan kinerja dan layanan yang lebih baik,” kata Hery.
Kendati demikian, Hery mengakui bila literasi terkait keuangan syariah masih menjadi salah satu tantangan besar bagi pertumbuhan perbankan syariah dalam negeri.
Padahal potensinya sangat besar mengingat Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim mayoritas terbesar di dunia.
Untuk itu, BSI bekerja sama dengan kampus-kampus ternama guna memberikan pemahaman bagi mahasiswa tentang perbankan syariah.
BSI pun turut membuat kurikulum khusus keuangan syariah di 5 kampus yaitu Universitas Indonesia, Universitas Padjajaran, Institut Pertanian Bogor, Universitas Brawijaya, dan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
“Ujungnya bukan hanya meningkatkan literasi tapi juga link and match. Selama ini, lulusan dari kampus-kampus belum tentu cocok dengan kebutuhan keuangan syariah, makanya kita jembatani,” pungkasnya. (wie)