JAKARTA (Berita): PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) siap menjadi pemain utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi syariah di Tanah Air. Hal ini seiring dengan visi pemerintah bahwa Indonesia harus menjadi pusat gravitasi ekonomi syariah global di masa datang.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi Minggu (24/10) mengungkapkan kesiapan pihaknya menjadi pemain kunci dalam mendongkrak pertumbuhan itu tak terlepas dari potensi ekonomi syariah dalam negeri yang sangat besar.
Di sisi lain BSI sebagai bank syariah terbesar di Tanah Air, hasil merger tiga bank syariah milik bank BUMN, memiliki kapabilitas mumpuni untuk menggarap potensi itu.
“Sebagai bank syariah terbesar, kami bukan hanya ingin handal dalam perbankan syariah saja. Kami ingin menjadi pelaku utama dalam mendorong dan menumbuhkan ekonomi syariah Indonesia.
Sehingga potensi ekonomi syariah yang besar ini bisa dioptimalkan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia secara merata. Dan Indonesia bisa menjadi tokoh utama dalam ekonomi syariah dunia,” ujarnya optimistis.
Hery, yang juga menjabat sebagai Bendahara Umum dalam organisasi keumatan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), memaparkan prospek cerah bisnis ekonomi syariah tersebut. Pertama, Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia.
Jumlah penduduk muslim di Indonesia mencapai 229 juta jiwa atau sekitar 87,2% dari total populasi.
Kedua, terdapat preferensi masyarakat yang kuat terhadap perbankan syariah sehingga pertumbuhannya sangat pesat dengan potensi pasar yang sangat besar.
Dari data yang dimiliki pihaknya CAGR lima tahun terakhir kinerja penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) di industri perbankan syariah Indonesia mencapai 13,8 persen.
“Selain itu penetrasi aset keuangan syariah di Indonesia masih kecil yaitu sekitar 3 persen dari GDP. Dengan penetrasi ekonomi syariah yang rendah tersebut, memiliki peluang yang sangat besar untuk terus digali,” ujarnya.
Seperti potensi lebih dari 200 juta nasabah yang memanfaatkan jasa keuangan ritel, contohnya untuk keperluan perjalanan umrah, haji, hingga perawatan kesehatan, serta layanan transaksi sosial zakat, infak, sedekah dan wakaf (ZISWAF).
Ketiga, potensi industri halal di Indonesia yang nilainya kurang lebih Rp4.375 triliun. Dari total nilai tersebut, Industri makanan dan minuman halal menyedot porsi terbanyak yaitu senilai Rp 2.088 triliun disusul asset keuangan syariah senilai Rp1.438 triliun.
Herry yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) mengatakan, prospek keempat adalah pertumbuhan industri perbankan syariah yang sangat baik kendati laju ekonomi masih terganggu pandemi Covid-19.
Pada Juli 2021 aset perbankan syariah di Tanah Air tumbuh sekitar 16,35 persen dari Juni 2021, pembiayaan tumbuh 6,82 persen dan DPK tumbuh 17,98 persen.
Sementara itu, untuk kinerja BSI pada semester I/2021 tak kalah gemilang, dengan mencatatkan pertumbuhan double digit.
BSI mencatat perolehan laba bersih sebesar Rp1,48 triliun, atau naik sekitar 34,29 persen secara yoy.
Kenaikan laba dipicu oleh pertumbuhan pembiayaan dan DPK yang berkualitas. Dengan kinerja yang positif itu, BSI berhasil mencatatkan total aset sebesar Rp247,3 triliun hingga Juni 2021.
Pertumbuhan aset tersebut naik sekitar 15,16 persen secara yoy. Untuk pembiayaan, BSI menyalurkan Rp161,5 triliun atau tumbuh sekitar 11,73 persen secara yoy.
Dengan angka tersebut, BSI berhasil menguasai pangsa pasar industri perbankan syariah di Indonesia saat ini.
“Ini tanda yang positif, artinya masyarakat sudah melirik perbankan syariah karena cukup kompetitif.
Diharapkan perbankan syariah dapat mengambil peran dan kontribusi yang strategis agar potensi besar ini memberikan manfaat lebih bagi masyarakat,” ujarnya.
Pusat Ekonomi Syariah Dunia
Harapan dan optimisme Hery tersebut tak terlepas dari cita-cita besar pemerintah yang ingin mewujudkan Indonesia sebagai sentral dari ekonomi syariah dunia.
Dalam peringatan Hari Santri Nasional 2021 dan Peluncuran Logo Baru Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) di Istana Negara, Jumat (22/10) Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, berdasarkan data The State of Global Islamic Economy Indicator Report, industri ekonomi syariah Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang pesat.
Pada 2018 ekonomi syariah Indonesia berada di peringkat 10 besar dunia. Setahun kemudian naik menjadi peringkat kelima. Adapun pada 2020 ekonomi syariah Indonesia sudah berada di peringkat 4 dunia.
“Saya sudah berkali-kali menyampaikan bahwa Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia harus menjadi pemain utama dalam ekonomi syariah dan industri halal di dunia.
Indonesia harus menjadi pusat gravitasi ekonomi syariah dunia. Dan alhamdulillah perkembangan ekonomi syariah kita, cukup besar,” kata Presiden Jokowi.
Dalam acara yang sama Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina MES mengatakan saat ini ekonomi syari’ah tidak lagi sekadar menjadi pilihan bagi komunitas muslim saja, tetapi telah menjadi salah satu penopang kekuatan ekonomi nasional.
Wapres Ma’ruf pun mengutip laporan Islamic Finance Development Indicator (IFDI) 2020. Dalam laporan itu Indonesia masuk 5 besar dari 135 negara dengan nilai aset industri halal tertinggi.
Nilainya mencapai 3 miliar dolar AS, masih di bawah Uni Emirat Arab 3 miliar dolar AS, Malaysia 10 miliar dolar AS, Iran 14 miliar dolar AS dan Arab Saudi U17 miliar dolar AS.
“Kita meyakini bahwa posisi Indonesia masih sangat mungkin untuk meningkat lagi. Harapan kita potensi ekonomi dan keuangan syari’ah Indonesia yang sangat menjanjikan dapat dioptimalkan demi kesejahteraan umat dan Indonesia menjadi pemain utama ekonomi dan keuangan syariah dunia,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Menteri BUMN Erick Thohir yang juga menjabat Ketua Umum MES mengatakan ekonomi syariah harus ditopang oleh industri jasa keuangan syariah yang harus terus ditingkatkan pertumbuhannya. Sehingga bisa bergerak cepat dan memajukan keseimbangan ekonomi untuk menekan ketimpangan.
Oleh karena itu, Menteri Erick berharap BSI menjadi pemain utama dalam menopang perkembangan ekonomi syariah di Tanah Air.
Sehingga ekonomi syariah tidak sekadar menjadi alternatif, tapi juga sebagai penyangga utama pertumbuhan dan ketahanan ekonomi nasional.
“Tentu kita bisa lihat sekarang dengan adanya fokus pada perkembangan ekonomi syariah, salah satu indikasinya pertumbuhan daripada ekonomi syariah di bawah Bank Syariah Indonesia (BSI). Ini merupakan kesempatan yang luar biasa,” ujarnya. (wie)