Kisaran (Berita): Dalam menghadapi situasi wabah Corona (Covid-19) Masjid harus dijaga kebersihannya dan tetap berjalan seperti biasa mengumandangkan azan, selain itu bisa menjadi sarana dalam memakmurkan masyarakat yang kurang mampu dengan kepedulian sesama jemaah.
Hal itu diungkapkan Ketua Dewan Masjid Indonesia Muhammad Jusuf Kalla (JK) saat Video Call (VC) bersama Ustadz Abdul Somad dalam dialog Peran Masjid Dalam Wabah Corona, di akun youtube Ustadz Abdul Somad Official, yang dibagikan UAS kepada Waspada, melalui Whats App, Kamis (15/4).
Dalam video berdurasi sekitar 32 menit ini, UAS bertanya kepada JK, terkait musim wabah Corona apa saja program Dewan Masjid.
“Yang pertama karena masjid tempat berkumpul jemaah, maka masjid harus bersih. Karena bahaya virus corona itu bisa melekat di mana-mana, termasuk masjid, dan itu program yang dilakukan oleh masjid yang ada di seluruh Indonesia,” jelas JK.
Kemudian, UAS bertanya apa apa standar khusus untuk kebersihan masjid. JK menjawab, standarnya tentu dengan penyemprotan disinfektan, atau obat-obat sesuai dengan aturan serta sesuai dengan kebutuhan, dan dianjurkan dibersihkan setiap hari.
“Untuk Masjid ini, apakah semua masjid itu terdaftar di Dewan Masjid Indonesia?,” tanya UAS.
JK menjawab, karena masjid itu bertambah setiap hari, kita berusaha untuk mendaftarnya betul, dari 800 ribu masjid dan mushalla, masjid kira-kira 300 ribu, selebihnya mushalla.
“Itu tiap hari bertambah, karena Alhamdulillah, karena semua segmen masyarakat itu punya masjid. Ada masjid sekolah, masjid kantor, masjid di mall, masjid persinggahan dan masjid lainnya. Jadi begitu banyaknya masjid, sehingga kita usahakan daftar per wilayah, ” kata JK.
Ditanya UAS apa kendala yang dilakukan dalam menjaga kebersihan masjid, JK menjawab, tidak terlalu banyak karena di kota-kota besar penyebaran Corona itu di kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung, maka kita beribadah di rumah maka artinya masjid tidak terlalu banyak dikunjungi, tapi harus tetap hidup, harus tetap azan dan menjalankan aktifitasnya, tapi itulah situasi yang kita alami.
Tunggu Fatwa
“Inikan Ramadhan sebentar lagi, bagaimana tentang ibadah, apa ada ketetapan Dewan Masjid Indonesia tentang ibadah kita, karena tempat berkumpul orang, mulai dari tarawih, witir, hingga tadarus,” tanya UAS.
JK menjawab, bahwa dirinya akan menjadwalkan pertemuan dengan MUI untuk membuat fatwa, tentang bagaimana bila situasi ini terus berkembang.
Seperti diketahui pada awal Maret lalu, MUI mengeluarkan Fatwa, untuk Ramadhan ini di sebagian besar tarawih dilakukan di rumah, karena menghindarkan kesulitan atau mudarat bagi masyarakat yang hadir di masjid ,
“Itu sudah difatwakan oleh MUI, dan diikuti oleh semua, termasuk kita dari Dewan Masjid. ” jelas JK.
Sehingga UAS menyambut, berarti tarawih dengan tadarus, dan solat Ied sudah bisa dipastikan tidak ada.
“Bila situasi masih berkembang seperti ini, bukan ditiadakan tapi tempatnya dipindahkan ke rumah. Tetap ada, tapi di rumah,” jelas JK.
UAS bertanya ulang bahwa azan tetap dilakukan. ” kita sudah membuat surat edaran, azan tetap, dan solat lima waktu dengan jemaah terbatas, silahkan,” jelas JK
UAS juga mengatakan, bahwa semua jemaah tidak mempunyai kemampuan ekonomi merata, sehingga apa yang dilakukan Dewan Masjid Indonesia, bagi jemaah yang tidak mampu.
“Kita anjurkan kepada jemaah, sebagaimana selalu saya katakan, bahwa kita makmurkan dan dimakmurkan masjid. Bukan kita memakmurkan masjid, tapi masjid itu memakmurkan masyarakatnya. Karena masjid bagi tempat orang yang mampu dan membantu orang yang tidak mampu. Maka jemaah yang mampu harus membantu jemaah yang tidak mampu, dan itu fungsi masjid yang kita jalankan,” jelas JK (waspada.id)