MEDAN (Berita): Mantan kapten PSMS Medan H Sunardi B bersama lima rekannya di PSMS hadir dalam pertemuan antara calon ketua umum Asprov PSSI Sumut Drs Benny Tomasoa dengan Askot/Askab dan klub se Tapanuli, Dairi, Tanah Karo di Danau Toba Prapat, Kamis (10/2).
Sunardi B yang merupakan pahlawan Ayam Kinantan ketika menjadi juara nasional di 1985 mengakui, merasa miris melihat perkembangan sepakbola Sumut khususnya PSMS.
“Dulu kita menggunakan yang ada berbau sepakbola Sumut dan PSMS, sangat bangga tetapi sekarang merasa sudah enggan dan takut menggunakannya.
Diakui Sunardi B yang didampingi Ir Badiaraja Manurung, Jamaluddin Hutauruk, RS Bangga Gultom dan Saktiawan Sinaga kehancuran sepakbola Sumut karena adanya perubahan pola dalam menggali pemain potensial.
Saat ini tidak ada lagi seorang pembina yang mau turun ke daerah-daerah. Berbeda yang dilakukan ketua Asprov yang saat itu masih bernama Komda/Pengda PSSI Sumut alm Kamaruddin Panggabean, alm AW Abdi.
Mereka berdua cukup rajin turun ke daerah-daerah hingga banyak menemukan pemain potensial dan dibina di Medan, seperti dicontohkannya dirinya sendiri ditemukan di daerah Simalungun dan dibina di Bintang Utara klub anggota PSMS dan banyak lagi pemain lainnya.
Harapannya Sumut, bisa kembali disegani. Untuk mencapai harapannya ini digantungkan kepada Bento panggilan akrab Benny Tomasoa. “Dengan tegas, saya siap mendukung Benny Tomasoa, ujar Sunardi B.
Dalam kesempatan ini, beberapa pengurus Askot/Askab dan klub klub menyampaikan keluh kesahnya termasuk mereka selama ini mendapat tekanan-tekanan.
Menggapi hal tersebut Benny berjanji akan melakukan perubahan termasuk meniadakan biaya-biaya dalam mengikuti Liga 3 se Sumut.
Talenta
Badiaraja Manurung menegaskan, saat ini Sumut tidak lagi memiliki talenta-talenta, seperti masanya bermain bersama Sunardi B dan alm Zulham Effendi.
Canon ball sebagai pemain tengah selalu menjadi penyuplai serangan adakalanya juga menjadi pencipta gol. Keahlian inilah yang mereka bertiga miliki, namun sekarang sudah tidak ada lagi.
Sebenarnya sumber daya manusianya di Sumut cukup banyak dan inilah tugas Benny Tomasoa untuk menggalinya, tambah Manurung yang diperkuat Sunardi.
Mengorganisirnya sebenarnya tidak sulit, mengingat potensi pemain cukup baik dan banyak tersedia di Sumut. Dia juga mengingatkan jangan lagi ada pelecehan-pelecehan dalam hal mengelola sepakbola.
Turun kelapangan, adalah tugas utama untuk merubah sepakbola Sumut. “Saya terkesima atas program yang diajukannya, lanjutnya.
Kalau saja program Benny terlaksana sejak dulu-dulu, Sumut tidak akan pernah tercampak di Besar PON seperti PON barusan.
Main dimanapun, daerah lain pasti ngeri melihat tim-tim Sumut. Tetapi sekarang jauh berbeda.
Benny punya visi misinya cukup baik, jadi Sumut memungkinkan untuk berprestasi di PON XXI nanti. Disamping itu Sumut tidak lagi mencomoti pemain dari luar.
‘Kami terpanggil atas visi dan misi sepakbolanya. Kami siap bergandengan tangan dengan yang lain untuk mengantar Benny melakukan perubahan besar sepakbola Sumut.
Salah seorang mantan PSSI Rahim Sukasah mengingatkan jangan hilang rohnya seopakbola Sumut. Pemain-pemain nasional selama ini asal Sumut cukup banyak, apalagi dengan penjaga gawangnya seperti Ronny Pasla, Taufik Lubis, Ponirin Meka dan Markus Horison. Tetapi sekarang sudah tidak ada lagi.
Dia yang cukup mengenal Benny Tomasoa, yakin apabila menjadi Ketua Asprov PSSI Sumut. Sepakbola Sumut akan terjadi perubahan besar.
Sementara pandangan dan dukungan dari tokoh sepakbola Tapanuli, Dairi dan sekitarnya diwakili Chona Sihombing pada prinsipnya mengatakan akan terjadi perubahan besar sepakbola Sumut khususnya kearah jalur pemerataan prestasi daerah terutama terhadap proyeksi PON XXI nanti.
Hadir dalam temu ramah itu dari Askot/Askab dan klub adalah Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Sibolga, Humbahas, Simalungun, Tanah Karo, Dairi, Tobasa FC, Tapanuli Atletik, Madina Jaya, RBS Sidempuan.(put)