Pasar terapung di atas sungai Barito terus dikembangkan oleh pemerintahan Kalsel sebagai obyek wisata. Pasar terapung saat ini ada di tiga area yakni Martapura, Lok Intan dan Muara Kuin.
Transaksi dari atas kelotok atau perahu bermesin dilakukan antara pedagang dan pembeli. Pedagang yang umumnya kaum wanita tersebut dipanggil dengan sebutan Acil yang artinya bibi.
Mereka dengan gigih merayu para pembeli agar membeli barang dagangannya, menghadapi rayuan para Acil tersebut tentu dapat meluluhkan hati untuk membeli sebanyaknya dagangan mereka yang harganya pun berkisar puluhan ribu rupiah saja.
Di pasar terapung ini kita bisa berbelanja nasi kuning, buah buahan seperti jeruk pisang pepaya mangga dan sebagainya juga sayur mayur makanan cemilan, ikan asin sungai yg sedap karena ikannya dari sungai besar bukan laut. Ada juga hasil kerajinan tangan berupa kopiah dan alat perlengkapan sholat.
Pasar terapung ini kini dijadikan obyek wisata yang dikunjungi baik dari dalam negeri maupun macanegara. Dari terbit fajar hingga siang hari, kita dapat menikmati keindahan pasar terapung tersebut. Pihak hotel yg berada di tepi sungai Barito
tempat tamu menginap, akan membawa tamu mereka naik kelotok atau perahu mesin yg dapat memuat lk 15 penumpang secara gratis dengan leebih kurang satu jam perjalanan untuk sampai ke tujuan.
Saat menyusuri sungai yang sangat luas itu kita dapat menyaksikan aktivitas penduduk yg tinggal di tepi sungai Barito, mereka mandi mencuci dll di bagian belakang rumah kayunya di atas sungai.
Wisata sungai ini agaknya masih dapat dikembangkan menjadi lebih indah untuk mendapatkan income lebih besar, mengingatkan kita pada kawasan Gurney di Penang, Malaysia. (Erma Tarigan)