Kazakhstan Serukan Dialog Antaragama Atasi Masalah Pascapandemi

  • Bagikan
Presiden Kazakhstan Kassym - Jomart Tokayev, Juni 2019. (ant/rtr)
Presiden Kazakhstan Kassym - Jomart Tokayev, Juni 2019. (ant/rtr)

JAKARTA (Berita): Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev menyerukan pentingnya dialog di antara pemimpin agama untuk mengatasi berbagai masalah global yang timbul sebagai dampak pandemi.

Seruan itu disampaikan Tokayev dalam pidatonya pada pembukaan Kongres VII Para Pemimpin Dunia dan Agama Tradisional (VII Congress of the Leaders of World and Traditional Religions) yang berlangsung di Nur Sultan, Rabu (14/9/2022).

Dia menekankan bahwa dialog dan kerja sama adalah satu-satunya cara untuk menjawab berbagai tantangan global, seperti meningkatnya nasionalisme sempit, krisis ekonomi dan sosial, kemiskinan dan ketidaksetaraan, kekurangan pangan, krisis energi, konfrontasi geopolitik dan permusuhan antarnegara, serta perubahan iklim.

“Kazakhstan selalu menyukai penyelesaian sengketa apa pun secara eksklusif di meja perundingan dalam semangat Piagam PBB. Ancaman, sanksi, dan penggunaan kekuatan tidak menyelesaikan masalah,” kata Tokayev seperti dikutip dalam salinan pidatonya di situs resmi Presiden Kazakhstan.

Guna membangun kemanusiaan pascapandemi, kata dia, Kazakhstan menggunakan forum internasional tersebut untuk menegaskan pentingnya nilai-nilai agama seperti saling menghormati, gotong royong, keterbukaan, kesetaraan, dan keadilan agar terus disuarakan oleh para pemimpin spiritual.

Secara khusus, Tokayev mencatat pentingnya seruan Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Dr Ahmed El-Tayeb dalam dokumen “Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama.”

“Saat ini, kita semua bergantung satu sama lain–tidak ada masalah global yang dapat diselesaikan tanpa dialog konstruktif dan kerja sama yang saling menguntungkan,” ujar dia, menegaskan.

Dia juga mengatakan bahwa tantangan saat ini membutuhkan pemahaman tentang peran agama dan pemimpin spiritual dalam proses global.

“Kita melihat bahwa, sementara para politikus berdebat, para pemimpin spiritual berhasrat dan berusaha untuk menjadi lebih dekat. Ini adalah tren yang penting. Upaya dan dialog para pemimpin spiritual itulah yang pada akhirnya dapat menunjukkan kepada umat manusia jalan keluar dari konfrontasi saat ini,” kata Tokayev.

Pengalaman dialog skala besar juga dapat memperkuat para pemimpin agama untuk secara aktif mewujudkan berbagai inisiatif perdamaian, yang sangat penting untuk mengakhiri konflik militer dan penderitaan orang-orang di zona konflik di seluruh dunia.

“Pemimpin spiritual adalah penjaga hati nurani umat manusia. Oleh karena itu, siapa yang lebih baik dari Anda menunjukkan jalan untuk saling percaya, kebaikan, dan kedamaian. Sekarang, lebih dari sebelumnya, umat manusia membutuhkan solidaritas,” tutur Tokayev.

Dia menyinggung pula peran agama dalam menyikapi dunia digital dan teknologi baru yang membawa berbagai manfaat sekaligus tantangan, serta peran agama untuk memenuhi fungsi dasar pendidikan.

“Al Quran, Alkitab, Taurat, dan kitab suci lainnya dijiwai dengan ide-ide humanisme, kasih sayang, dan belas kasihan. Mereka menolak agresi dan radikalisme, mengutuk kekerasan, dan mengajarkan toleransi dan moderasi.

Misi tinggi para pemimpin agama di era modern adalah untuk membawa kebenaran mendasar ini kepada umat,” tutur Tokayev.

Diselenggarakan untuk ketujuh kalinya pada 14-15 September 2022, Kongres Para Pemimpin Dunia dan Agama Tradisional dihadiri perwakilan dari Islam, Katolik, Kristen Ortodoks, dan agama-agama lain.

Diperkirakan 100 delegasi dari 50 negara serta 230 jurnalis asing dan 500 jurnalis lokal berpartisipasi dalam kongres yang rutin diselenggarakan oleh Kazakhstan tersebut. (ant)

 

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *