MEDAN (Berita): Tingginya curah hujan dan sifat hujan menjad faktor pendorong inflasi Sumut pada Oktober 2022 ditambah berlanjutnya dampak kenaikan harga BBM subsidi terhadap biaya hidup dan biaya angkut, serta tren tingginya harga gabah baik di tingkat petani maupun penggilingan.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatera Utara Doddy Zulverdi mengatakan hal itu, Rabu (26/10/2022).
Doddy menyebut dengan terus berlanjutnya di tengah percepatan pemulihan ekonomi dan normalisasi permintaan masyarakat, inflasi Sumut pada tahun 2022 diprakirakan lebih tinggi dari 2021 serta berpotensi berada di atas batas sasaran inflasi nasional 3 persen±1 persen.
“Namun demikian, berbagai upaya pengendalian akan terus dilakukan guna menahan kenaikan inflasi lebih lanjut,” katanya.
Secara bulanan, Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan lima kota di Sumut pada bulan ini tercatat 1,00 persen (mtm), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatatkan deflasi sebesar -0,30% (mtm).
Secara tahunan, inflasi Sumut pada bulan September 2022 juga tercatat mengalami kenaikan menjadi 6,14 persen (yoy).
Ia menambahkan sumber inflasi terutama berasal dari kelompok transportasi dengan andil inflasi sebesar 1,20 persen (mtm).
Pada Kelompok transportasi, komoditas bensin, angkutan dalam kota, solar, dan angkutan antar kota menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,97 persen (mtm), 0,19 persen (mtm), 0,03 persen (mtm), dan 0,03 persen (mtm).
Pada periode September 2022, komoditas bensin, angkutan dalam kota, beras, solar, dan angkutan antar kota menjadi penyumbang inflasi terbesar Sumut.
Kondisi itu sejalan dengan adanya kebijakan penyesuaian harga BBM Pertalite, Solar, dan Pertamax yang dilakukan oleh Pemerintah per tanggal 3 September 2022 dengan kenaikan masing-masing sebesar 30,72 persem (Pertalite), 32,04 persen (Solar), dan 16,00 persen (Pertamax non subsidi).
Kenaikan harga bensin dan solar selanjutnya juga tertransmisikan terhadap kenaikan biaya operasional kendaraan sehingga tarif angkutan antar kota maupun angkutan dalam kota turut meningkat signifikan.
‘Sementara itu, peningkatan harga beras disebabkan oleh kenaikan harga gabah di tengah panen yang tidak optimal dan meningkatnya biaya angkut komoditas pangan akibat penyesuaian harga BBM,” ujarnya.
Inflasi Sumut lebih tinggi tertahan oleh deflasi komoditas hortikultura dan angkutan udara. Tercatat, pada bulan Oktober 2022, inflasi Sumut secara bulanan diprakirakan lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya.
Puncak panen raya aneka cabai yang diprakirakan berlangsung di bulan Oktober akan menambah pasokan cabai di Sumut. Koordinasi TPIP maupun TPID Provinsi dan Kab/Kota dalam GNPIP juga diprakirakan akan menjaga stabilitas harga pangan seperti melalui penyelenggaraan operasi pasar/pasar murah.
Selanjutnya, percepatan realisasi anggaran pengendalian inflasi, dampak kenaikan BI7DRR, dan penurunan harga BBM Pertamax per 1 Oktober 2022 juga diprakirakan menjadi faktor penahan inflasi Sumut periode Oktober 2022. (wie)