JAKARTA (Berita): Peristiwa mewabahnya Covid-19 memberi dampak dan bahkan pukulan berat bagi banyak orang. Tidak jarang, seseorang menjadi galau, cemas dan stres. Terlebih kalau stigma sebagai penderita Covid-19 justeru membayangi sebagai ketakutan di masyarakat.
Pukulan berat seperti itu tidak hanya dialami para pasien yang anggota keluarganya meninggal, bahkan juga para tenaga medis yang berjuang di garis depan mempertaruhkan nyawa.
Untuk itu, Kementerian Sosial membentuk tim relawan sosial pendamping tenaga medis dan keluarga korban Covid-19. Pembentukan tim relawan sosial pendamping korban Covid-19 ini melengkapi program jaring pengaman sosial.
“Kita tahu tenaga medis merupakan garda depan yang rentan tertular Covid-19, salah satunya dari pasien yang ditanganinya. Sementara bagi keluarga penderita juga perlu pendampingan,” kata Kepala Badan Pendidikan Penelitian dan Penyuluhan Kesejahteraan Sosial (BP3KS) Syahabuddin, dalam jumpa pers di Kementerian Sosial, Rabu (29/4).
Sejalan dengan vonis sebagai penderita Covid-19, kata Syahabuddin, maka keluarga secara emosional akan terganggu karena harus terpisah akibat isolasi, stigma dan perlakuan yang tidak pantas yang mugkin timbul dari lingkungan.
“Maka Kemensos melakukan perekrutan relawan dengan nama program “Poltekesos Bandung Memanggil”. Mereka yang dilibatkan sebagai relawan adalah unsur dosen, alumni Politeknik Kesejahteraan Sosial (Polteksos) Bandung dan mahasiswa jurusan Kesejahteraan Sosial,” kata Syahabuddin.
Rekrutmen berhasil mencatatkan 415 relawan yang berasal dari berbagai daerah , dengan asal peserta dari Bandung, Kendari, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Utara, dan Makasar.
“Pelatihan dilaksanakan minggu kedua bulan April 2020. Pelatihan dilakukan secara online dengan mengacu pada protokol volunter Covid-19, dengan bekerja sama dengan sejumlah pihak,” katanya.
Usai pelatihan, peserta langsung bertugas di lapangan untuk menjadi relawan tenaga pendamping. Namun di tahap awal langkah yang dilakukan adalah tim inti dari Poltekesos Bandung melakukan pendampingan pada perespon garda terdepan program “Bandung Bangkit” dengan sasaran klien sebanyak 40 orang. Mereka adalah para camat, lurah dan aparat terkait.
Berikutnya, tim inti siap berkarya di lapangan dalam desk relawan penanganan Covid-19 milik BNPB. “Direncanakan para relawan akan bekerja hingga pandemi Covid-19 berakhir,” katanya.
Dalam menjalankan tugasnya, dilakukan pembagian yakni pekerja sosial senior menangani pendampingan bagi para dokter, pekerja sosial alumni Satuan Bakti Sosial Mahasiswa (SBSM) mendampingi perawat, dan pekerja sosial Ikatan Alumni/Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI) mendampingi keluarga, dan mahasiswa jurusan Pekerjaan Sosial akan mendampingi relawan.
Para relawan tenaga pendamping sosial bekerja menggunakan metode berbasis tehnologi informasi (IT), dengan memberikan layanan dalam jaringan (daring). Adapun layanan pendampingan yang dilakukan meliputi: konseling online, managemen stress, debriefing, dan moral support.
Sejauh ini relawan sosial pendampingan bagi tim medis dan keluarga korban Covid-19 saat ini sudah mulai berjalan. (waspada.id)