JAKARTA (Berita): Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemulihan ekonomi Indonesia hampir merata di sejumlah daerah.
Dia perkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 akan mencapai 5,3 persen.
Contohnya di Sumatera, sepanjang kuartal III/2022 tumbuh 4,71 persen, Kalimantan tumbuh 5,67 persen, Sulawesi tumbuh 8,24 persen, Papua tumbuh 7,51 persen, Jawa tumbuh 5,7 persen, Bali dan Nusa Tenggara tumbuh 6,69 persen.
“Pada 2022, surplus neraca perdagangan tercatat mencapai US$54,5 miliar, tertinggi dalam sejarah Indonesia.,” ujar Menkeu dalam kuliah umum, Jumat (3/2/2023).
Sri Mulyani menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 menguat secara signifikan, didukung oleh seluruh komponen permintaan secara agregat, baik konsumsi, ekspor, maupun belanja pemerintah.
“Dalam pemulihan ekonomi kita, konsumsi sudah tumbuh di atas 5 persen, investasi mulai merangkak mendekati 5 persen, ekspor kita melonjak sangat tinggi, impor juga ikut tinggi. Karena banyak manufaktur yang menggunakan bahan baku impor,” terangnya
Dia memperkirakan konsumsi rumah tangga pada 2022 akan tumbuh kuat pada level 5 persen, yang didukung oleh stabilitas harga, keberlanjutan pemulihan ekonomi, serta program perlindungan sosial.
Kinerja investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) diperkirakan tumbuh 4,0 persen dikarenakan pelaku usaha yang masih wait & see atas perkembangan risiko ekonomi dunia.
Kemudian, ekspor Indonesia diproyeksi tumbuh tinggi sebesar 18,1 persen pada 2022, meski melambat dari pertumbuhan pada 2021 yang mencapai 24,0 persen
Di sisi lain, konsumsi pemerintah pada 2022 diperkirakan terkontraksi sebesar 4,5 persen, turun drastis dari pertumbuhan pada 2021 yang mencapai 4,2 persen.
Sri Mulyani menambahkan, pemulihan ekonomi juga terjadi pada semua sektor.
Hingga kuartal III/2022, sektor manufaktur, yang merupakan kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi, tercatat tumbuh sebesar 4,6 persen.
Demikian juga sektor transportasi dan akomodasi & makanan minuman, yang sangat terpukul akibat pandemi Covid-19, telah tumbuh masing-masing 21 persen dan 11,3 persen hingga kuartal III/2022.
“Jadi dalam kondisi dunia mulai melemah, Indonesia masih bisa meng-capitalize itu.
Dan ini adalah sesuatu yang cukup baik antara external demand dan domestic demand. Konsumen masih sangat confident,” jelasnya.
Pertumbuhan selama akhir tahun lalu sudah terlihat dari mobilitas masyarakat yang tinggi.
“Padahal itu sesudah kita menaikkan harga BBM 30 persen,” ungkap Sri Mulyani. (agt)