ISTANBUL (Berita): Menteri Luar Negeri China Qin Gang memperingatkan adanya krisis “gaya Ukraina” di Asia, dan menyerukan persatuan dalam menghadapi kesulitan di tengah upaya mewujudkan keamanan dan pembangunan.
“Asia harus menjadi panggung untuk kerja sama yang saling menguntungkan daripada papan catur untuk kontes geopolitik. Tidak ada Perang Dingin yang harus dihidupkan kembali, dan tidak ada krisis gaya Ukraina yang harus terulang di Asia,” kata Qin dalam konferensi pers perdananya, Selasa (7/3/2023)..
Qin diangkat sebagai menteri luar negeri Desember lalu, menggantikan Wang Yi, yang dipromosikan menjadi kepala urusan luar negeri Partai Komunis.
“Mengenai siapa yang harus diandalkan dalam urusan keamanan dan ekonomi, saya percaya perlu kompak menghadapi kesulitan, bersama menciptakan keamanan dan pembangunan, dan bekerja sama membangun komunitas yang lebih dekat dengan masa depan bersama di lingkungan sekitar,” kata Qin, berdasarkan transkrip yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri China.
Qin mengatakan Strategi Indo-Pasifik pimpinan AS sebenarnya adalah upaya membentuk blok yang eksklusif, untuk memprovokasi konfrontasi dengan cara membentuk “NATO versi Asia-Pasifik.”
Tujuannya, menurut Qin, adalah merusak integrasi regional melalui pengkotak-kotakan dan memangkas rantai pasok.
“Klaim AS untuk ‘membentuk lingkungan strategis di mana China beroperasi’ sebenarnya mengungkapkan tujuan sebenarnya dari Strategi Indo-Pasifik-nya, yaitu mengepung China,” kata Qin.
Dia mengatakan rakyat China tidak akan pernah menerima segala bentuk revisi sejarah yang menantang tatanan internasional pascaperang dan keadilan internasional.
“Kami akan berpegang pada multilateralisme sebagai jalan ke depan. Kami akan mempromosikan pembangunan komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia, mempromosikan demokrasi yang lebih besar dalam hubungan internasional, dan menjadikan tata kelola global lebih adil dan merata,” tutur dia.
Krisis Ukraina Bukan Buatan China
Menanggapi pertanyaan tentang perkembangan terbaru dalam perang Rusia-Ukraina, Qin mengatakan krisis telah mencapai titik kritis.
“Entah permusuhan berhenti dan perdamaian dipulihkan dan proses penyelesaian politik dimulai, atau semakin diperparah dan krisis semakin meluas dan tak terkendali,” kata dia.
Ia pun menegaskan bahwa krisis tersebut tidak diciptakan oleh China. “China tidak menciptakan krisis. Itu bukan pihak dalam krisis, dan tidak memberikan senjata ke salah satu pihak.
Apa yang telah dilakukan China sehingga pantas disalahkan, atau bahkan diberi sanksi dan diancam ? Ini benar-benar tidak dapat diterima,” kata Qin.
“Konflik, sanksi, dan tekanan tidak akan menyelesaikan masalah. Yang dibutuhkan adalah ketenangan, akal budi, dan dialog,” tutur Qin. Dia menyerukan agar pembicaraan damai dilakukan secepat mungkin.
Krisis di Ukraina disebutnya memiliki sejarah dan akar penyebab yang rumit, dan adalah ledakan dari masalah-masalah yang sudah menumpuk dalam tata kelola keamanan Eropa.
“Masalah keamanan yang sah dari semua pihak harus dihormati. Ini adalah cara yang tepat untuk mencapai keamanan yang tahan lama di Eropa,” kata dia.
Qin menyinggung adanya “tangan tak terlihat” yang memicu eskalasi konflik dan justru menggunakan krisis di Ukraina untuk melayani agenda geopolitik tertentu.
Sementara China, klaim Qin, selalu membuat penilaian sendiri secara independen berdasarkan manfaat dari suatu isu. Diplomat top China itu menganggap krisis Ukraina sebagai tragedi yang bisa dihindari.
“Tetapi kita sudah sampai di titik ini. Ada pelajaran sulit yang harus benar-benar direnungkan oleh semua pihak,” kata Qin, yang menegaskan bahwa konflik, sanksi, dan tekanan tidak dapat menyelesaikan masalah.
Mengenai hubungan Beijing dengan Moskow, Qin mengatakan bahwa melalui kerja sama China-Rusia, dunia akan memiliki kekuatan pendorong menuju multipolaritas dan demokrasi yang lebih besar dalam hubungan internasional, serta keseimbangan dan stabilitas strategis global akan lebih terjamin.
Semakin dunia tidak stabil, semakin penting bagi China dan Rusia untuk terus memajukan hubungan mereka, kata dia. (ant/Anadolu)