JAKARTA (Berita): Badan Koordinasi Penanaman Modal mencatat, pada tahun 2022 sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) telah melahirkan pembiayaan sekira Rp 318 triliun dengan menyerap 7 juta tenaga kerja.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, perhitungan tersebut berdasarkan data 1.895.000 NIB (Nomor Induk Berusaha) tahun 2022 lewat Undang-Undang Cipta Kerja dan OSS (online single submission).
“Hitungan realisasi investasi ke UMKM yang cuma di kisaran Rp 10 juta atau Rp 50 juta, jadi menarik karena belum pernah dicatat sebelumnya.
Dan setelah di hitung ternyata besar pembiayaannya,” ujar Bahlil seusai rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2023, Kamis (6/4/2023).
Dia menyampaikan, jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor UMKM jauh lebih banyak ketimbang investasi di sektor hilirisasi.
Investasi di hilirisasi tahun 2022 sebesar Rp1.207 triliun dengan penyerapan tenaga kerja 1,3 juta orang.
Menurut Bahlil, dalam kondisi seperti ini di satu sisi butuh penetrasi investasi di hilirisasi dengan memakai high technology atau teknologi tinggi dan pasti lapangan pekerjaannya semakin berkurang.
Dia menyebutkan, investasi Indonesia hingga 2040 akan diprioritaskan pada hilirisasi 21 komoditas, meliputi pertambangan, kelautan, perikanan, kehutanan, dan perkebunan.
Untuk perkebunan meliputi karet, kelapa, getah pinus, dan lain-lain guna meningkatkan pendapatan per kapita.
“Blending ini nggak gampang, ini melahirkan teori baru saat tiba akal, ini teorinya dan ini butuh insentif.
Nah, itu karena Ibu menkeu kemarin insentif untuk sertifikat halal yang di OSS ini semuanya lewat sini, jadi alhamdulillah,” pungkas Bahlil.
Investasi Tertekan
Sementara itu, Menteri PPN/Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan pandemi Covid-19 dan ketidakpastian global akibat tekanan geopolitik telah mempengaruhi pencapaian sasaran pembangunan jangka menengah Indonesia, salah satunya investasi tertekan.
Dalam rapat evaluasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, Suharso memaparkan pertumbuhan investasi dalam komponen pembentuk PDB yakni Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) baru mencapai 3,87 persen pada 2022.
“Pertumbuhan investasi tercapainya 3,87 persen, padahal target [RPJMN 2024] sebesar 8,4 persen,” ujarnya dalam rapat dengan Komisi XI DPR, Rabu (5/4/2023).
Dalam paparannya, Kementerian PPN/Bappenas mencatat sejumlah hal yang menjadi perhatian pemerintah terkait indikator daya saing ekonomi antara lain, menurunnya pertumbuhan investasi dan stagnasi pertumbuhan dan kontribusi pengolahan terhadap produk domestik bruto (PDB). (agt)