MEDAN (Berita): Kondisi ekonomi Sumatera Utara diperkirakan akan terjadi penurunan terberat akibat imbas dari wabah virus Corona (Covid-19) dan dalam kondisi sangat berat, dapat turun hingga 1,2-1,6 persen (yoy).
Hal itu diungkapkan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatera Utara Wiwiek Sisto Widayat kepada wartawan dalam temu pers “Bincang Bareng Media (BBM)” ‘via online (zoom) Jumat (8/5/2020).
”Kondisi ekonomi Sumut triwulan II tak ada indikator yang menggembirakan,.kegiatan usaha negatif akibat imbas Covid-19 sehingga akan terjadi penurunan terberat,” tegas Wiwiek.
Dalam skenario mild, meluasnya dampak Covid-19 diprakirakan mendorong perlambatan perekonomian Sumut menjadi berada di kisaran 4,3 persen – 4,7 persen (yoy), melambat 0,8 persen dari baseline dalam skenario sedang.
Dengan perkembangan terkini, dimana pertumbuhan dunia diperkirakan tumbuh 0,9 persen (yoy) (BI) serta Tiongkok tumbuh hanya 2,3 persen (World Bank), perekonomian Sumut berpotensi melambat lebih dalam pada kisaran 2,2-2,6 persen (yoy) dalam skenario berat. “Dalam kondisi sangat berat, ekonomi Sumut dapat turun hingga 1,2-1,6 (yoy),” katanya lagi.
Wiwiek mengatakan, pihaknya memprediksi perekonomian Sumut pada triwulan II 2020 tumbuh terbatas dari triwulan sebelumnya.
Perlambatan ekonomi diperkirakan bersumber dari penurunan kinerja permintaan eksternal akibat pandemi Covid-19 yang diprediksi berpotensi menghambat rantai suplai global serta sektor pariwisata.
Hal ini ditengarai akan tercermin oleh perlambatan LU Industri Pengolahan, LU Perdagangan, LU Transportasi dan Pergudangan, serta LU Akomodasi dan Makan Minum dan tercermin oleh penurunan hasil survei perkiraan kegiatan usaha ke depan.
Penurunan permintaan eksternal juga terkonfirmasi oleh penurunan harga komoditas di pasar internasional,” ucapnya.
Dari sisi permintaan domestik, lanjutnya, konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh melambat dipengaruhi oleh penurunan daya beli masyarakat akibat terganggunya kinerja dunia usaha dan pembatasan aktivitas masyarakat untuk menahan laju penyebaran Covid-19.
Hal itu terindikasi oleh penurunan indeks keyakinan konsumen dan penurunan penghasilan saat ini dibandingkan enam bulan yang lalu.
Ia menambahkan, perlambatan terdalam akan dirasakan pada triwulan II 2020 dan akan meningkat pada triwulan berikutnya seiring dengan fase pemulihan akibat Covid-19.
Pada kasus Covid-19, perlambatan dirasakan di sektor eksternal maupun domestik. “Untuk itu, dibutuhkan upaya keras untuk menahan penurunan daya beli masyarakat melalui program jaring pengaman sosial melalui anggaran pemerintah,” ujarnya.
Sedangkan pada triwulan I 2020, Wiwiek menjelaskan ekonomi Sumut tercatat tumbuh 4,65 persen (yoy), jauh di atas Nasional dan Sumatera yang masing-masing tercatat 2,97 persen (yoy) dan 3,25 persen (yoy).
Menurutnya, secara spasial, pertumbuhan ekonomi Sumut triwulan I itu tertinggi ke-2 setelah Sumsel (4,98 persen, yoy). Di era pandemi, realisasi ini masih cukup baik meski melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (5,21 persen (joy) sesuai pola historis di awal tahun,.
Ia menuturkan, dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh akselerasi Konsumsi Rumah Tangga didorong oleh meningkatnya pendapatan masyarakat seiring dengan kenaikan harga CPO.
Di satu sisi, investasi mengalami perlambatan dipengaruhi oleh belum terealisasinya belanja modal pemerintah dan pembangunan swasta yang terbatas yang terkonfirmasi oleh penurunan penjualan semen.
“Ekspor terkontraksi akibat penurunan permintaan eksternal pada masa pandemi. Sementara, impor terkontraksi lebih dalam didorong oleh penurunan impor barang modal serta terbatasnya pelancong ke luar negeri karena Covid-19,” jelasnya.
Sedangkan, kata dia, dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi triwulan I 2020 ditopang oleh perbaikan kinerja lapangan usaha (LU) Pertanian seiring dengan peningkatan harga jual komoditas perkebunan serta peningkatan produksi tabama.
Sementara itu, prospek ekonomi global yang menurun menyebabkan permintaan LU Industri terbatas dan pembangunan swasta tertahan.
Menurunnya kinerja LU Konstruksi menyebabkan penurunan penjualan bahan bangunan yang menahan kinerja LU Perdagangan.
LU Transportasi dan Pergudangan juga tumbuh melambat terutama karena adanya pembatasan aktivitas transportasi udara serta menurunnya perdagangan luar negeri akibat lockdown dan imbauan social distancing di berbagai negara.
Wiwiek mengatakan, pihaknya memprediksi perekonomian Sumut pada triwulan II 2020 tumbuh terbatas dari triwulan sebelumnya.
Perlambatan ekonomi diperkirakan bersumber dari penurunan kinerja permintaan eksternal akibat pandemi Covid-19 yang diprediksi berpotensi menghambat rantai suplai global serta sektor pariwisata.
Hal ini ditengarai akan tercermin oleh perlambatan LU Industri Pengolahan, LU Perdagangan, LU Transportasi dan Pergudangan, serta LU Akomodasi dan Makan Minum dan tercermin oleh penurunan hasil survei perkiraan kegiatan usaha ke depan.
Penurunan permintaan eksternal juga terkonfirmasi oleh penurunan harga komoditas di pasar internasional. Dari sisi permintaan domestik, lanjutnya, konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh melambat dipengaruhi oleh penurunan daya beli masyarakat akibat terganggunya kinerja dunia usaha dan pembatasan aktivitas masyarakat untuk menahan laju penyebaran Covid-19.
Hal itu terindikasi oleh penurunan indeks keyakinan konsumen dan penurunan penghasilan saat ini dibandingkan enam bulan yang lalu.
Ia menambahkan, perlambatan terdalam akan dirasakan pada triwulan II 2020 dan akan meningkat pada triwulan berikutnya seiring dengan fase pemulihan akibat Covid-19.
“Pada kasus Covid-19, perlambatan dirasakan di sektor eksternal maupun domestik. Untuk itu, dibutuhkan upaya keras untuk menahan penurunan daya beli masyarakat melalui program jaring pengaman sosial melalui anggaran pemerintah,” tutupnya. (Wie)