MEDAN (Berita): Untuk turut berkontribusi dalam kebencanaan di tanah air, peran perguruan tinggi sangat signifikan dengan memberdayakan tiga tugas tri dharmanya, yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.
Universitas Sari Mutiara (USM) Indonesia sebagai perguruan tinggi yang punya kewajiban menjalankan tri dharma, telah meneken MoU (Memorandum of Understanding) dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan juga Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Pusat.
Menurut Rektor USM Indonesia Dr Dra Ivan Elisabeth Purba MKes, hal itu membuktikan perguruan tinggi yang dipimpinnya itu siap berperan dalam penguatan ketangguhan bencana di Sumut.
“Ada legal formalnya melalui MoU, walau tanpa itu pun USM Indonesia siap berperan dan berkontribusi dalam kebencanaan,” tegasnya ketika tampil sebagai narasumber dalam Focus Group Discussion (FGD) Format Pengurangan Risiko Bencana (PRB) yang Ideal di Sumatera Utara, Sabtu (10/6/2023) di Ign. Washington Purba Hall kampus Jalan Kapten Muslim Medan.
USM Indonesia menggelar FGD itu bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumut dan Wilayah I, Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I – Medan, dan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Provinsi Sumatera Utara.
FGD dibuka Kepala BPBD Provinsi Sumut Tuahta Ramajaya Saragih AP MSi itu dihadiri Ketua Yayasan Sari Mutiara Dr Parlindungan Purba SH MM, Ketua FPRB Provinsi Sumut Dr H Bahdin Nur Tanjung SE MM.
Selain Ivan, FGD menghadirkan tiga narasumber yaitu Kepala BBMKG Wilayah I Medan Hendro Nugroho ST MSi,
dan Pembina Forum Fasilitator Ketangguhan Bencana (F2KB) Drs Syafri Nasution MM.
Untuk mendukung peran tersebut, USM Indonesia memiliki Himpunan Mahasiswa Siaga Bencana (Hagana). Di kampus ini juga ada kegiatan kebencanaan, Mutiara Rescue, simulasi kebakaran, kegiatan lingkungan hidup. Sedangkan jika ada pelatihan kebencanaan di tingkat provinsi dan nasional, USM Indonesia selalu diundang untuk menghadirinya dan aktif mengikuti.
Ivan menyebut USM Indonesia termasuk dalam anggota Forum Perguruan Tinggi Pengurangan Risiko Bencana. Kampus ini juga sudah sejak lama terlibat dalam penanggulangan bencana dan aktif mengikuti pelatihan kebencanaan.
Saat pandemi, perguruan tinggi ini bahkan pernah dijadikan tempat pelatihan kader Covid-19 dan melatih relawan sebanyak 2 ribu orang.
“Kampus ini sudah sejak lama berkolaborasi dengan BPBD dalam penanggulangan dan pengurangan risiko bencana,” kata Ivan.
Menurut Ivan, bencana alam tidak bisa ditolak karena posisi Indonesia memang berisiko bencana.
“Yang bisa dilakukan adalah bagaimana kita mengantisipasi serta melatih kesiapsiagaan kita bencana yang terjadi karena alam, non alam, dan ulah manusia,” ujarnya.
Ia menyayangkan tata ruang berubah jadi tata uang. Itulah yang jadi sumber bencana perbuatan manusia akibat salah kelola tata ruang. Tata ruang pemukiman di luar kaidah peruntukan, alih fungsi lahan.
Bersumber data dari Lembaga Layanan Pelayanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah I, Ivan menyebut sebanyak
202 perguruan tinggi yang ada di Sumut sungguh tepat digandeng oleh BPBD dan berkolaborasi. Ini lantaran perguruan tinggi punya tri dharma yang harus dijalankan.
Dijelaskannya, bagian implementasi tri dharma perguruan tinggi berkontribusi dalam menuju Indonesia tangguh bwncana (resilien) untuk pembangunan berkelanjutan 2045.
Ia menuturkan, kontribusi perguruan tinggi dapat dilakukan melalui pendidikan kebencanaan terintegrasi dengan kurikulum di semua level pendidikan (KKN Tematik).
Kemudian, pelibatan para akademisi/pakar dalam melaksanakan penelitian/kajian penanggulangan bencana, adanya rekomendasi, metodologi dan fakta ilmiah.
Pengabdian masyarakat, pendampingan masyarakat di daerah rawan bencana dan daerah yang terdanpak bencana.
Ivan juga menyoroti uang menjadi isu pertama pengurangan risiko bencana
Ia juga menilai tahap kesiapsiagaan menghadapi bencana masih lemah yang diindikasinya banyak korban pada saat terjadi bencana. Untuk itu, kata Ivan, kesiapsiagaan menjadi tanggungjawab bersama.
Ia meyakini perguruan tinggi bisa berperan dalam pra bencana, tanggap darurat – pascabencana.
“Inilah yang pernah dilakukan USM Indonesia dalam tanggap darurat bencana erupsi Gunung Sinabung,” ungkapnya.
Saat pandemi, rektor USM Indonesia ini juga ditugaskan sebagai satgas nasional Covid-19 untuk terjun ke satu provinsi, saat itu ke Jawa Barat.
Kedatangannya selama beberapa bulan ke daerah itu untuk mengedukasi masyarakat bahwa Covid bukan konspirasi. Selain itu, Ivan juga mengedukasi masyarakat terkait kebijakan pemerintah tentang vaksin Covid-19. (aje)