Atribut Khas Ulama Aceh Perlu Dilestarikan

  • Bagikan

LANGSA (Berita): Kepala Koordinator Pusat Studi Sejarah Universitas Samudra Langsa DR Usman MPD mengatakan atribut khas ulama Aceh perlu dilestarikan sebagai warisan sejarah.

Hal itu penting dilakukan untuk memperkaya pemahaman Sejarah dan budaya di tengah masyarakat terutama generasi muda, demikian katanya kepada Waspada di Langsa, Selasa (2/1).

Perguruan Tinggi, kata dia, bisa melakukan pelestarian tersebut dengan menggelar perkuliahan berbasis project seperti yang dilakukan pihaknya beberapa hari lalu di Unigha, Sigli.

Dalam perkuliahan yang dilakukan pihaknya itu, sebanyak 19 mahasiswa dari program studi sejarah Universitas Jabal Ghafur (UNIGHA) diajak dalam perkuliahan dan pembelajaran untuk memgenal aset history Tgk. Chik di Pasi Waido, Kecamatan Peukan Baro Kabupaten Pidie.

Selaku Dosen Jarak Jauh di UNIGHA dia mengampu mata kuliah “Sejarah Indonesia Pra Aksara.”

Tujuan dari perkuliahan ini adalah memperkenalkan aset-aset tinggalan sejarah Aceh sebagai bagian dari sejarah nusantara.

Acara tersebut juga bertujuan untuk menggali sejarah lama yang belum banyak diketahui orang serta mempromosikan kampus UNIGHA dan masyarakat Aceh.

Mahasiswa dan dosen, saat mengunjungi aset tinggalan sejarah di Waido, diharuskan menggunakan atribut khas yang pernah digunakan Tgk. Chik Abdus-Salam bin Tgk. Chik Burhanuddin.

Hal ini mencakup pakaian jubbah putih, tudung khas tradisional dari pelepah kulit rumbia, tongkat sebagai penunjuk arah, dan selop tradisional yang terbuat dari situek atau pelepah pinang.

Perkuliahan berbasis project ini juga melibatkan penyampaian materi oleh Dr. Usman, yang memaparkan keunggulan aset history di lokasi komplek Tgk. Chikh Waido.

Beberapa aset tersebut termasuk tempat pengajian murit-murit, rumah keluarga Tgk. Chik, tongkat keuramat, dan alat-alat bersejarah.

Selama acara, Dr. Usman menyampaikan informasi seputar sejarah dan kegunaan masing-masing aset.

Misalnya, Balee Seumeubeut sebagai tempat pengajian, Jamboe Kalut sebagai sarana pendalaman ilmu agama Islam, dan Qur’an Seureumbek sebagai sarana pengukuhan/sumpah bagi para pejabat.

Perkuliahan tersebut juga mengingatkan pada karakteristik Ulama Waliyullah, Tgk. Chikh Abdus-Salam, yang selalu menggunakan atribut khas seperti Tudung Pelepah Rumbia dan Tungkat Komando saat menghadiri upacara keunduri blang.

Dengan kegiatan ini, UNIGHA tidak hanya memberikan pendidikan berbasis teori tetapi juga menciptakan pengalaman langsung bagi mahasiswa untuk mengenal dan menghargai warisan sejarah Aceh.

Dia berharap kegiatan seperti ini dapat terus diadakan untuk memperkaya pemahaman sejarah dan budaya di tengah mahasiswa.(b12)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *