Jakarta (Berita): Jenderal Ahli Bedah Amerika Serikat Jerome Adams memperingatkan ancaman gelombang dua pandemi virus corona akibat unjuk rasa massal yang dipicu kematian George Floyd.
Ribuan orang yang turun ke jalan berpotensi menularkan virus Covid-19.
“Saya khawatir terhadap konsekuensi kesehatan masyarakat, baik individu dan institusi serta orang-orang yang protes dengan cara yang berbahaya bagi diri mereka sendiri dan bagi kelompok mereka,” kata Adams kepada Politico dalam sebuah wawancara yang diterbitkan Senin (1/6).
Demonstrasi merupakan aktivitas warga yang bertentangan dengan imbauan jaga jarak fisik dan berpotensi menjadi sumber baru penularan Covid-19.
“Berdasarkan cara penyebaran penyakit, selalu ada alasan terjadi klaster baru dan potensi wabah baru,” ujarnya seperti dikutip dari CNN, Rabu (3/6).
Jangankan mempersiapkan gelombang kedua, AS saat ini masih berjuang keras untuk menekan penyebaran virus corona.
AS bahkan menjadi negara dengan kasus dan kematian tertinggi di dunia akibat corona. Hingga saat ini tercatat ada 1.881.205 kasus corona di AS dan 108.059 kematian.
Meski angka penularan masih tinggi, sejumlah negara bagian telah membuka kembali kegiatan warga.
Adams mengatakan potensi peningkatan jumlah infeksi juga akan terus terjadi mengingat ribuan warga terlihat tetap berkerumun di sejumlah Pantai Barat.
Sebelumnya Ahli medis khawatir orang tanpa gejala bisa menularkan virus ketika banyak orang berdekatan sambil teriak dan tak menggunakan masker.
Demonstrasi solidaritas terhadap Floyd berlangsung di puluhan kota dan negara bagian di AS. Protes pertama kali mencuat di Minneapolis sehari setelah kematian Floyd pada Senin (25/5).
Aksi solidaritas atas kematian Floyd bahkan meluas hingga negara Eropa dan Amerika latin seperti Brasil hingga Selandia Baru.
Kematian Floyd bukan lah satu-satunya pematik amarah warga AS yang sesungguhnya. Sebab, insiden Floyd terjadi tak lama setelah dua warga kulit hitam AS lainnya tewas.
Kematian Floyd dianggap sebagai puncak amarah publik AS terkait kebrutalan dan sikap rasial aparat terhadap warga kulit hitam di negara tersebut. (cnn/dea)