Medan (Berita): Bakal calon gubernur Sumatera Utara, Barry Simorangkir, berdiskusi dengan para budayawan di Teater Rumah Mata, 1 Agustus 2024. Bang Ber menyampaikan komitmennya untuk membangun sinergi di antara pemerintah dan budayawan. Ia ingin membuka ruang-ruang sains dan budaya di mana semua pihak bisa berkontribusi dan berkolaborasi. “Hanya dengan melibatkan pelaku lokal maka suatu daerah bisa maju dengan keunikannya,” katanya.
Sastrawan Idris Pasaribu memantik diskusi dengan menyampaikan keprihatinan menyangkut perhatian pemerintah daerah terhadap kebudayaan. Sumut yang memiliki APBD sampai 15 triliun hanya mengalokasikan tak lebih dari 1 miliar untuk dana kebudayaan. Sebagai pembanding, Provinsi Bengkulu menyediakan sampai 40 miliar dari APBD sebesar 9 triliun.
Beberapa tahun lalu, berkat perhatian gubernur yang peduli kebudayaan, sempat muncul gairah penyelenggaraan berbagai kegiatan besar seperti Pesta Danau Toba serta Rondang Bintang. Tapi sayangnya, kegiatan-kegiatan tersebut tak berlanjut. Padahal, pariwisata yang menjadi andalan Kawasan Danau Toba tak mungkin lepas dari aspek budaya.
Seniman Langkat, Angga Bahri, mengingatkan kalau selama ini kolaborasi seniman dari berbagai daerah dan etnis sudah berlangsung harmonis. Hanya saja, mereka berkesenian tanpa ada perhatian dan dukungan pemerintah. Mereka bahkan harus keluar dana sendiri agar dapat berkarya.
Sementara itu, Rifky, pegiat seni Pujakesuma, menceritakan hilangnya berbagai kegiatan festival yang pernah ada di Langkat, seperti reog, tari Melayu, Batak dan Nias. Padahal, di 24 kecamatan di Langkat, semuanya punya seniman.
Dalam kesempatan diskusi ini, Bang Ber berbagi pengalamannya selama merantau di Amerika Serikat. Pemerintah daerah dan kota di sana melibatkan budayawan dalam membangun daerahnya. Misalnya, mereka mengundang pengelola galeri, pegiat pop art dan pemusik untuk berkegiatan di lokasi-lokasi yang ingin dikembangkan.
Daerah yang semula kumuh berubah menjadi indah dan berseni. Ini berdampak besar pada masyarakat. Tingkat kriminalitas menurun karena masyarakat mendapat peluang ekonomi.
Makmur Malau, sebagai moderator acara, menutup diskusi dengan sebuah optimisme. Ia berharap pertemuan di Teater Rumah Mata menerbitkan harapan padunya pemimpin daerah dengan budayawan dalam menciptakan sinergi dan menemukan solusi bersama.(rel).