ADK OJK Friderica Kagumi Perajin Ulos Balige

  • Bagikan
Berita Sore/laswie wakid Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen (KE PEPK) OJK merangkap ADK OJK Friderica Widyasari Dewi menyapa pekerja di kilang ulos UD Parna Balige Jumat (9/8/2024).

BALIGE (Berita): Puluhan perajin ulos yang bekerja menenun di pabrik ulos Kilang Sigalingging di Balige mendapat perhatian dari Anggota Dewan Komisioner (ADK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Friderica Widyasari Dewi.

Friderica yang juga Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen (KE PEPK) OJK ini sangat mengagumi pekerja perempuan yang menenun ulos di sana.

Berapa tidak, tatkala Friderica atau akrab disapa Kiki meninjau kilang ulos tersebut di Balige Jumat (9/8/2024), sebagian perajin atau penenun yang bekerja di sana didominasi perempuan. Sebagian besar pekerja tersebut membawa anak-anak mereka dalam bekerja.

Ada ayunan dari kain panjang yang ujungnya diikat di dua tiang. Letaknya bersebelahan dengan pekerja tersebut dalam menenun ulos. Bahkan ada pekerja yang membawa 4 anak kecil sekaligus.

“Wah luar biasa ibu-ibu ini dalam mencari nafkah. Saya acungi jempol,” kata Kiki
didampingi Kepala OJK Sumut Khoirul Muttaqien.

Ia pun kemudian menunduk, sambil menyapa pekerja dan melihat anaknya yang terlelap dalam ayunan. “Saya kagum dengan ibu -ibu itu yang bekerja membawa anak,” kata Kiki lagi.

Untuk itu ia minta para mitra membantu Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ulos agar ekonomi mereka terangkat. ” Kita bantulah terus UMKM ini,” katanya.

Kiki kemudian memborong 50 lebih ulos untuk diberikan kepada wartawan dari Jakarta dan Medan yang ikut hadir pada peninjauannya di kilang ulos itu. Ia juga membeli beberapa ulos buar dipakainya sendiri

“Saya betul-betul emak-emak ya yang lagi belanja ini,” katanya kepada wartawan .

Ulos yang dicobanya membuat Kiki makin cantik. “Apa resep cantiknya Bu Kiki,” tanya wartawan.

“Perawatan ya jelas. Saya juga jaga makan, olahraga, Kalau ada waktu luang ya istirahat.
Seimbang: antara kerja, olahraga, kedekatan sama Tuhan dan sama keluarga,” ungkapnya, seraya menambahkan kalau dalam perjalanan dirinya suka melihat pemandangan ke luar.

“Kalau udah niat tidur, saya tidur,” kata Kiki lagi.

Di tempat yang sama, Mangarti Sigalingging, pemilik kilang ulos UD Parna Ulos Balige kepada wartawan menuturkan saat ini dia memiliki 60 mesin tenun, tapi tidak semua operasional.

Sigalingging mengatakan dirinya menjadi
perajin ulos sejak tahun 1995 . Awalnya hanya ada dua Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang dimilikinya sejak tahun 2000 mulai merintis usaha ini. Benang, bahan baku utama diperolehnya dari Bandung

Usahanya terus berjalan sehingga Sigalingging mendapat bantuan pinjaman dari BNI dan BRI. Akhirnya kini ia memiliki 50 ATBM dan 50 mesin tenun dengan tenaga kerja 50-60 orang dengan produksi rata-rata 1.000 lembar ulos per bulan.

“Kerja jamnya tak menentu, namanya produk musiman. Kadang permintaan banyak dan kadang sepi,” terang Sigalingging.

Ulos yang dijualnya paling murah Rp50.000 dan paling mahal Rp4 – 5 jutaan per lembar. Harga tenunan secara manual lebih mahal dibanding tenun mesin. (wie)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *