MEDAN (Berita): Sesuai arahan pemerintah, per 24 Maret-5 April atau sampai 2 minggu ke depan Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Sumut guna mencegah penyebaran Virus Corona (COVID-19).
Untuk selanjutnya pekerjaan akan dilakukan di rumah masing-masing. Kepala Kantor Perwakilan BEI Sumut Muhammad Pintor Nasution mengatakan hal itu kepada Berita di Medan Selasa (24/3).
“Tetap jaga kesehatan kita semua,” tegas Pintor. Menurutnya, gara-gara wabah COVID-19, terlebih di daerah yang terkena pandemi Virus tersebut, membuat pemerintah menutup hampir semua kantor perwakilan di Indonesia.
“Duluan ditutup, Kantor Perwakilan yang daerahnya sudah ada kasus COVID-19. Jadi mungkin masih ada 4 atau 5 Perwakilan lagi yang buka. Mungkin Senin mereka baru tutup semua,” katanya. Pintor menambahkan untuk tugas-tugas bisa dilakukan di rumah secara online sehingga tidak ada yang terganggu.
Ia menyebut pada Selasa (24/3) sesi pertama, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat mengalami kenaikan yang lumayan akan tetapi langsung drop. Sampai penutupan sesi 1 malah -27.122 poin.
Sebanyak 210 emiten turun, alias merona merah sahamnya, sedangkan 148 emiten lagi hijau. “Sektor perbankan rata-rata memerah, cuma tadi BCA aja yang naik dengan gabahnya,” ungkap Pintor.
Pengamat ekonomi Gunawan Benjamin kepada Berita Selasa (24/3) mengatakan pada pembukaan perdagangan Selasa (24/3) pagi, IHSG memang dibuka menguat di level 4,003,87.
Dan sejauh ini IHSG menguat di kisaran level 4,052,36. Kinerja IHSG mengalami penguatan seiring membaiknya kinerja indeks bursa Asia, dimana salah satu bursa di Asia yakni Nikkei Jepang mengalami penguatan sekitar 5 persen.
Optimisme pelaku pasar di Asia terjadi dikarenakan Bank Sentral AS atau The Fed yang akan menggelontokran sejumlah paket setimulus. Namun penutupan di sesi pertama IHSG drop lagi.
Sementara itu, kata Gunawan, Indeks bursa Dow Jones di AS kembali ditutup negatif diatas 3 persen setelah Presiden AS gagal mengajukan program dana untuk penanganan COVID-19 di DPR AS.
Kinerja pasar saham di AS mengalami keterpurukan menyusul penurunan yang sama di sejumlah bursa di Eropa. Dari sisi eksternal pelaku pasar masih mengkuatirkan pandemic Virus Corona yang menjadi pemicu memburuknya pasar keuangan global belakangan ini.
Di sisi yang berbeda, mata uang rupiah pada perdagangan kemarin juga bergerak dengan fluktuasi yang cukup lebar dimana sempat mengalami pelemahan hingga di atas 17 ribu per dolar AS.
Namun langkah Bank Indonesia dalam menstabilkan rupiah dinilai mampu membuat rupiah tidak mengalami pelemahan yang lebih dalam. Pada sesi pembukaan perdagangan pagi ini, rupiah mengalami penguatan di kisaran level 16,475 per dolar AS.
Rupiah sepertinya akan mampu keluar dari tekanan dolar AS dikarenakan Bank Sentral AS akan kembali menggelontorkan stimulus guna membantu akselerasi laju ekonomi di AS yang tertekan akibat COVID-19.
Namun, stimulus yang digelontorkan AS pada saat ini saya perkirakan tidak akan menolong banyak Rupiah. Berbeda saat AS dilanda krisis ekonomi pada 2008/09 silam.
Dikarenakan gelontoran stimulus akan lebih banyak digunakan oleh masyarakat AS untuk konsumsi. Disisi lain penyebaran COVID-19 juga membuat banyak instrumen keuangan di dunia mengalami penurunan harga.
Sementara itu, masyarakat global juga disibukkan dengan lebih banyak mengisolasi dirinya ketimbang banyak melakukan aktifitas bisnis.
Alhasil, gelontoran stimulus di AS yang dulu sempat membuat rupiah menguat tajam, saat ini dampaknya tidak akan begitu dirasakan oleh rupiah. Meskipun tetap membuat ruiah lebih kuat menahan tekanan. (Wie)