Sektor Perbankan Sumut Tunjukkan Resiliensi

  • Bagikan

MEDAN (Berita): Sektor perbankan di Sumatera Utara terus menunjukkan resiliensi atau ketahanan, terutama dengan adanya peningkatan modal dan kestabilan likuiditas hingga Agustus 2024.

Kepala Kantor OJK Provinsi Sumatera Utara Khoirul Muttaqien mengatakan hal itu kepada wartawan Selasa (15/10/2024).

Kredit yang mengalami pemulihan kini tumbuh lebih kuat, yaitu sebesar 8,59 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan sebelumnya sebesar 4,39 persen yoy pada periode yang sama tahun sebelumnya.

“Ini mengindikasikan bahwa ekonomi daerah terus mengalami kemajuan yang stabil,” kata Muttaqien.

Sebagian besar kredit yang disalurkan berfokus pada kredit produktif, dengan total mencapai Rp188,03 triliun atau 69,19 persen dari keseluruhan kredit, mengalami pertumbuhan 6,29 persen yoy.

Kenaikan ini mencerminkan perbaikan setelah periode penurunan pada tahun sebelumnya. Kredit produktif didorong oleh peningkatan kredit Modal Kerja yang berkontribusi sebesar 44,35 persen, dengan pertumbuhan 5,46 persen yoy, sementara kredit Investasi, dengan porsi 24,84 persen, mengalami pertumbuhan 7,82 persen yoy.

Berdasarkan sisi lapangan usaha, peningkatan kredit produktif terutama didorong oleh sektor Pertanian yang bertumbuh cukup tinggi 12,67 persen yoy, menjadikan sektor tersebut sebagai sumber pertumbuhan kredit terbesar pada periode ini.

Pertumbuhan dari sektor tersebut berasal dari peningkatan subsektor perkebunan kelapa sawit, yang bertumbuh signifikan sebesar 14,05 persen yoy. “Pertumbuhan sektor perkebunan sawit ini didorong oleh meningkatnya permintaan CPO di pasar internasional, serta perbaikan harga komoditas tersebut,” jelas Muttaqien.

Selain itu, adanya upaya peningkatan produktivitas dan ekspansi lahan di Sumatera Utara turut berkontribusi terhadap pertumbuhan kredit di subsektor ini.

Hal ini sejalan program pengembangan komoditas sawit yang diinisiasi Kantor OJK Provinsi Sumatera Utara baik dari sisi perkebunan rakyat melalui program SERAYA (skema pengembangan sawit rakyat) maupun perkebunan korporasi.

Upaya memperluas akses pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terus dilakukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Hingga Agustus 2024, total kredit yang disalurkan kepada UMKM di Sumatera Utara mencapai Rp80,20 triliun, mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,20 persen yoy.

Penyaluran kredit ini sebagian besar diarahkan ke sektor Perdagangan, yang mencakup 45,13 persen dari total, diikuti oleh sektor Pertanian dengan pangsa 26,53 persen, khususnya pada subsektor perkebunan sawit dan pertanian padi.

Peningkatan kredit UMKM terutama berasal dari segmen usaha mikro yang memiliki porsi outstanding terbesar terhadap total kredit UMKM, yaitu 50,67 persen, diikuti oleh segmen usaha kecil dengan 28,30 persen, dan segmen usaha menengah sebesar 21,03 persen.

Sejak akhir 2021, segmen kredit mikro mulai mendominasi, menggantikan posisi segmen kredit menengah yang sebelumnya lebih dominan. Pergeseran ini terjadi seiring dengan munculnya berbagai jenis usaha perorangan pada era new normal, yang mendorong peningkatan pembiayaan ke kelompok mikro dibandingkan dengan segmen usaha lainnya.

Penyaluran kredit konsumtif yang terus mencatatkan peningkatan turut mendorong pemulihan pertumbuhan kredit provinsi secara signifikan. Kredit konsumtif secara stabil mengalami pertumbuhan selama setahun terakhir dan pada Agustus 2024 mencapai Rp83,73 triliun atau bertumbuh 14,11 persen yoy.

Pertumbuhan ini mencerminkan peningkatan kepercayaan konsumen dan akses yang lebih baik ke layanan keuangan. Pertumbuhan konsumtif utamanya ditopang oleh kredit rumah tangga lainnya dan multiguna yang bertumbuh 16,31 persen yoy, kredit kepemilikan rumah tinggal (KPR) yang mencapai 8,15 persen yoy, dan kredit kepemilikan kendaraan bermotor (KKB) yang mencapai 18,56 persen yoy.

Peningkatan kredit konsumtif turut didorong dengan peningkatan daya beli masyarakat yang tercermin dari kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar 3,67 persen pada tahun 2024 serta didukung oleh insentif makroprudensial berupa LTV 0 persen.

Kehadiran merek-merek mobil berbahan bakar dan listrik serta promosi dan insentif fiskal (PPN) untuk Kendaraan Listrik Berbasis Baterai (KLBB) turut mendorong masyarakat untuk membeli dan mengganti kendaraan mereka.

Kualitas kredit perbankan tetap terjaga pada tingkat yang aman, dengan rasio non performing loan (NPL) net sebesar 0,79 persen (Desember 2023: 0,73 persen) dan NPL gross sebesar 1,92 persen (Desember 2023: 1,81 persen).

Sementara itu, loan at risk (LaR) atau kredit yang berisiko juga berhasil mengalami perbaikan hingga mencapai 6,39 persen (Desember 2023: 7,61 persen), dipengaruhi oleh berkurangnya jumlah kredit restrukturisasi. (wie)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *