MEDAN (Berita): Konsul Jenderal Malaysia di Medan Shahril Nizam Abdul Malek menggelar silaturahmi dengan media dihadiri sejumlah wartawan lokal dan nasional di Jade Restaurant Hotel JW Marriot Medan Senin. (25/11/2024).
Konjen Shahril menjamu wartawan dalam acara bertema ‘Teh Tarik Session With Konjen Malaysia’. Saat itu Konjen didampingi Konsul Muhammad Amir Azam bin Mohd Hafiz, ASP Ahmad Shahir bin Abdullah Pegawai Perhubungan Polis DiRaja Malaysia (PDRM) dan Wakil Direktur Tourism Malaysia Nor Hasni yang baru beberapa hari menjabat di Medan menggantikan pejabat sebelumnya
Yusnita Yusof.
Pertemuan penuh keakraban itu digelar Konjen Shahril tatkala ia sudah bertugas hampir 9 bulan di Medan. Tepatnya ia bertugas sejak 14 Pebruari 2024 menggantikan Konjen Malaysia sebelumnya Aiyub Omar. Namun di tengah kesibukannya, ia menyempatkan jumpa khusus dengan wartawan, sekalipun pada acara tertentu sudah bertemu juga dengan media lokal di sini
“Saya Konsul ke 19 di Medan, menjabat sejak 14 Pebruari 2024. Hari ini saya menjamu teman-teman makanan khas Malaysia buatan Chef hotel JW Marriott,” katanya membuka kata.
Ia mengatakan hubungan Malaysia – Indonesia sudah berlangsung 68 tahun. Sebagai negara tetangga, budaya hampir sama, bahkan nyaris sama karena ada beberapa daerah di Malaysia yang memang asal penduduknya zaman nenek moyang dulu dari Indonesia. Sehingga masih tetap memegang teguh budaya asalnya hingga sekarang.
Seperti Ratu Cantik Malaysia pakai baju Minang. Ada media di Indonesia yang memprotes bahwa itu budaya Minang. “Padahal dari kecil sudah ada adat itu di Negeri Sembilan sehingga pakaian Minang itu juga merupakan adat dari kecil,” kata Konjen Shahril.
Ia minta media memahami asal usulnya sehingga tidak mengatakan Malaysia menjiplak budaya Indonesia. Sama seperti batik, Malaysia juga dari zaman dulu sudah ada batik. Mungkin yang membedakan di motif, dimana batik Malaysia tidak pernah ada motif hewan, sedangkan batik Indonesia ada gambar hewan seperti burung cendrawasih atau Garuda
Menurutnya, kerja sama budaya Indonesia Malaysia terus berkembang seperti pantun semua ada di Malaysia dan Brunei juga ada. Pantun dan pakaian kebaya merupakan. Budaya dua negara Malaysia dan Indonesia.
Ia mengatakan Malaysia menetapkan Budaya Sarapan Malaysia ke UNESCO yakni Nasi lemak, Roti canai dan Teh tarik. Sebenarnya ketiga menu ini juga ada di Indonesia, tapi tetap ada perbedaannya. Begitu pula dengan bahasa, walau sama-sama bahasa Melayu tetapi tetap ada perbedaannya.
“Kesamaan itu seharusnya menyatu dan perbedaan itu seharusnya mengikat,” katanya.
Konjen Shahril juga minta agar media memberitakan yang benar. Artinya, memberitakan apa yang terjadi. Pernah ada nelayan Indonesia yang terdampar di perairan Malaysia. Kondisi nelayan itu ada yang perutnya bocor dimakan ikan. “Syukur Malaysia menolong para nelayan itu sehingga selamat dari badai laut,” terangnya
Namun pemberitaan yang muncul seakan-akan Malaysia membuat para nelayan terdampar di laut. Sementara peristiwa itu justru tidak diberitakan media Malaysia. “Para nelayan itu yang terdampar, bukan didampar Malaysia,” ujar Konjen Shahril.
Menurutnya, media memang pengaruhnya cukup besar. “Jadi kalau ada berita terkait Malaysia perlu la dikonfirmasi,” katanya.
Untuk itu, ke depan ia ingin kerja sama strategis dengan media di Medan agar pemberitaan betul memberitakan yang benar bukan berita yang bombastis supaya pembaca tertarik.
Konjen Shahril bertugas di Medan merupakan negara keempat baginya antara lain setelah Laos dan Maroco. Selaku Konjen Malaysia di Medan, tugasnya mencakup Aceh sampai Lampung kecuali Riau dan Pekanbaru yang memang ada Konsulnya tersendiri. (wie)