Gajah Mati Di CRU Aceh Selatan

  • Bagikan
Petugas dari BKSDA Aceh melakukan nekropsi terhadap bangkai gajah di CRU Trumon,Aceh Selatan, Kamis (1/7). Beritasore/ist
Petugas dari BKSDA Aceh melakukan nekropsi terhadap bangkai gajah di CRU Trumon,Aceh Selatan, Kamis (1/7). Beritasore/ist

IDI ( Berita) : Seekor gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) yang berada di Conservation Respon Unit (CRU) Trumon, Aceh Selatan mati. Penyebab kematian masih diselidiki, dan petugas telah melakukan nekropsi.

Berdasarkan informasi diperoleh dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, gajah jinak diberi nama Intan Setia itu berusia empat tahun.

Gajah betina itu lahir dari induknya Siska dan Tuah.“Kematian gajah kami peroleh dari Leader CRU Trumon.Lalu kami tindaklanjuti dengan melakukan nekropsi terhadap bangkai gajah guna mengambil sampel untuk diuji ke laboratorium,” kata Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto, S.Hut, Sabtu (3/7) malam.

Satwa dilindungi itu diketahui mati, Rabu (30/6) sekira pukul 16:00. Menindaklanjuti informasi itu, dokter hewan BKSDA dan dokter hewan PKSL- Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala (FKH-USK) ditugaskan ke lokasi CRU Trumon.

“Gajah mati di lokasi tambat,sekira 600 meter dari Kamp CRUTrumon,” kata Agus menyebutkan, tim dokter hewan yang melakukan nekropsi didampingi petugas kepolisian dari PolsekTrumon, yang melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).

Kata Agus, dari hasil olah TKP disekitar lokasi, tidak ditemukan adanya barang-barang yang mencurigakan. “

Hasil nekropsi juga tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan di bagian tubuh gajah,” ujarnya.

Diduga, kematian gajah disebabkan infeksi penyakit. Guna mengetahui kepastian penyakit dan kemungkinan faktor lain penyebab kematian gajah tersebut, maka sampel bagian organ akan dikirim ke laboratorium.

“Ada beberapa jenis sampel yang kita ambil, antara lain, lidah,hati, limpa, paru, ginjal, usus, lambung dan feses sudah diambil dalam nekropsi dan segera kita kirim ke laboratorium.

katanya menjelaskan kematian gajah merupakan kabar menyedihkan untuk dunia konservasi. (Wsp)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *