BANDA ACEH (Berita): Sekitar 14 perawat dan dokter di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) Banda Aceh, terpaksa menjalani isolasi, menyusul ditemukan satu pasien berinisial EY, 42 tahun, asal Acah Utara, yang meninggal dunia, diduga terpapar virus Corona.
Pasien itu menjalani perawatan di ruang Raudah 4, alias ruang untuk pasien umum di rumah sakit tersebut. Dia ditempatkan di ruangan itu, karena tidak adanya terus terang dari pihak pasien, dengan tidak menyebutkan dia baru pulang dari Malaysia.
Informasi ini sempat viral di media sosial, menyusul seorang warganet memposting peristiwa itu dilengkapi foto dan video pendek. Terlihat tiga petugas perawat menggunakan pakaian “astronot” (APD), sedang mendorong jenazah EY, dari lantai atas turun ke lantai dasar.
Dalam postingan itu warganet menulis sumpah serapah atas ketidak jujuran pasien, yang punya riwayat bepergian di daerah pandemik. Sehingga dia dirawat di ruang umum, bukan di ruang isolasi khsusus PDP Corona. Pasien ini kemudian meninggal dunia dan diduga akibat terpapar COVID -19.
Direktur RSUZA Banda Aceh, Azharuddin, membenarkan ada pasien meninggal dan statusnya baru pulang dari Penang, Malaysia, dan dirawat di ruang umum. Tiga hari dirawat pasien meninggal dunia.
Atas ketidakjujuran pasien dan keluarganya, Azharuddin berhadap masyarakat harus patuh, berusaha menjaga diri agar semuanya sehat, dan baru bertawakkal.
Akibat meninggalnya pasen EY, seperti jawaban Azharuddin via Whatts Apps, yang diterima Waspada Jumat (27/3), dirut hanya menulis singkat. “Iya, 14’. Waspada mengajukan pertanyaan sbb; ”Perawat dan dokter yang masuk di ruang pasien yang meninggal dunia diduga Corona, semua diisolasi ya pak? Berapa perawat dan dokter pak?”
Selain membenarkan ada dokter dan perawat yang diisolasi, dia tidak menyebutkan apakah diisolasi di ruang RICU RSUZA atau isolasi mandiri.
Belum Ada Hasil Lab
Sementara Juru bicara COVID-19 Aceh, Saifullah Abdulgani atau SAG, memberi penjelasan bahwa pasien PDP berinisial EY, jenis kelamin laki-laki, umur 43 tahun, yang kemarin (Rabu 25/3/2020) meninggal dunia di RICU RSUZA, belum dapat disimpulkan sebagai positif Corona. Karena menurut SAG, belum ada hasil pemeriksaan swab dari laboratorium Balitbang Kemenkes RI di Jakarta.
“Hingga saat ini EY meninggal karena gagal nafas akibat pneumonia akut. Tapi karena dicurigai serangan virus Corona, jasadnya diperlakukan sesuai Standar Operaaional Prosedur (SOP) pasien COVID-19. tapi statusnya masih PDP,” papar SAG.
SAG menjelaskan, awalnya EY didiagnosa sebagai penderita infeksi empedu. Tim medis merencanakan tindakan operasi, namun belakangan terdeteksi pneuomonia akut seperti serangan virus corona, lanjut SAG.
SAG menambahkan, saat persiapan operasi dan pemeriksaan foto thorak, tim medis menemukan pneumonia akut mirip penderita COVID-19.
Setelah didalami lebih lanjut terungkap EY memiliki riwayat ke Malaysia, 13 hari sebelumnya. Tanpa adanya informasi awal, ketika baru tiba dari daerah penularan virus Corona, maka pasien ditangani sebagaimana pasien gangguan empedu lainnya. “Informasi dari RSUZA, EY sudah sering berobat, sehingga petugas tak menaruh curiga,” kata SAG.
Belajar dari kasus PDP berinisial EY ini, SAG mengimbau masyarakat, terutama pasien dan keluarga pasien, menyampaikan informasi tentang riwayat pasien secara detil kepada tenaga medis yang merawatnya. “Kita berharap EY bukan PDP positif COVID-19. Sebab, bila hasil pemeriksaan swab-nya positif, akan banyak petugas yang harus dikarantina selama 14 hari,” urai SAG.
Selanjutnya SAG mengatakan, dalam situasi seperti saat ini, dia mengimbau masyarakat untuk membantu petugas medis dengan informasi yang selengkap- lengkapnya kepada petugas.
ODP Bertambah 10 Orang
Sementara itu, terkait dengan COVID-19 di Aceh, Saifullah menjelaskan, hingga Kamis terjadi penambahan orang dalam pemantauan atau ODP sebanyak 10 orang. Jika Rabu (25/3) jumlah ODP di Aceh sebanyak 216 orang, hari ini menjadi 226 orang.
Sementara itu, PDP yang masih dirawat di RICU RSUDZA sebanyak empat orang dan satu lainnya di RSU Cut Meutia Lhokseumawe. (waspada.id)