JAKARTA (Berita): Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menegaskan bahwa Konsensus Lima Poin (5PC) harus tetap menjadi acuan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dalam penanganan krisis di Myanmar.
“5PC adalah acuan utama, dan implementasi 5PC harus tetap jadi fokus ASEAN,” kata Menlu Retno dalam pernyataan pembukaan pada sesi pengkajian Pertemuan ke-56 Menteri Luar Negeri ASEAN di Jakarta, Rabu (12/7/2023).
Seperti diketahui, Konsensus Lima Poin menyerukan penghentian kekerasan, dialog dengan semua pemangku kepentingan, menunjuk utusan khusus untuk memfasilitasi mediasi dan dialog, mengizinkan ASEAN untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga Myanmar, serta mengizinkan utusan khusus ASEAN untuk mengunjungi dan bertemu dengan pemangku kepentingan di Myanmar.
Menlu Retno mengatakan para pemimpin ASEAN di Phnom Penh menyatakan upaya lain apapun harus mendukung implementasi 5PC.
ASEAN terpecah ketika pemerintah Thailand pada Juni mengadakan pertemuan dengan mengundang perwakilan junta Myanmar, yang selama ini dikucilkan dalam berbagai pertemuan ASEAN sejak kudeta pada Februari 2021.
Namun, beberapa anggota ASEAN menolak hadir karena ketidaksetujuan mereka terhadap pertemuan itu. Thailand memberikan pembenaran atas pertemuan tersebut, dengan mengatakan bahwa dialog dengan junta sangat diperlukan untuk melindungi negaranya, yang memiliki perbatasan panjang dengan Myanmar.
Sementara itu, Indonesia, sebagai Ketua ASEAN tahun ini, telah terlibat dalam lebih dari 110 engagements yang sangat intensif dengan semua pemangku kepentingan di Myanmar sejauh ini. “Ini adalah upaya yang sangat kompleks dan tidak mudah sama sekali,” kata Menlu Retno.
Engagements tersebut, menurut dia, hanya sebuah sarana dan yang terpenting adalah bahwa saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mendorong dialog di antara pihak-pihak di Myanmar.
Menlu Retno menekankan bahwa dialog akan membuka jalan bagi terciptanya solusi politik, dan hanya solusi politik yang dapat menciptakan perdamaian yang tahan lama.
“Kami masih sangat prihatin melihat aksi kekerasan yang terus berlanjut dan meningkat di Myanmar,” katanya. Indonesia pun mengecam keras penggunaan aksi kekuatan dan kekerasan di Myanmar.
Untuk itu, Indonesia mendesak semua pemangku kepentingan untuk mengecam aksi kekerasan di Myanmar sebagai langkah penting untuk membangun kepercayaan. Selain itu, Indonesia mendorong semua pihak untuk turut memberikan bantuan kemanusiaan ke Myanmar dan memungkinkan terjadinya dialog. Terkait bantuan kemanusiaan, menurut Retno, telah ada beberapa kemajuan upaya.
Menlu Retno berharap akses bagi Pusat Koordinasi ASEAN untuk Bantuan Kemanusiaan dalam Penanggulangan Bencana (AHA Center) ke orang-orang yang membutuhkan bantuan akan diberikan, termasuk di Magway dan Sagaing. (ant)