JAKARTA (Berita): Upaya penanggulangan pandemi Covid-19 oleh kalangan Pendidikan Tinggi terus digalakkan. Salah satunya adalah merilis aplikasi berbasis laman, yakni Relawan Covid-19 Nasional (RECON).
“Aplikasi RECON dapat digunakan untuk masyarakat dalam rangka self assesment terkait Covid-19. RECON ini merupakan hasil gotong royong para relawan, stakeholders kesehatan, dan juga tim IT Ditjen Dikti,” kata Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Dirjen Dikti Kemdikbud), Nizam, di Jakarta, Rabu (29/4).
Platform ini dapat memfasilitasi kegiatan tracing/tracking orang dalam pemantauan (ODP), konsultasi dan pendampingan tenaga medis, serta menjadi media untuk meningkatkan edukasi publik terhadap pencegahan dan penanganan Covid-19 di Indonesia
Ditambakan Nizam, RECON bertujuan memperluas secara nasional pendampingan relawan, sehingga jangkauannya lebih luas dan relawan dapat saling terhubung melalui media telekomunikasi dengan publik.
“Komunikasi antara relawan dan masyarakat bisa dilakukan dengan aplikasi ini. Bahkan masyarakat bisa memberi informasi dan saran bagi relawan. Publik bisa gunakan layanan ini tanpa membayar,” jelasnya.
Sejak darurat Covid-19, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, diklaim Nizam sudah cukup responsif. Sejak awal Maret 2020, sudah dikeluarkan Surat Edaran terkait belajar dari rumah untuk menghadapi Covid-19 oleh Mendikbud. Beragam upaya, terutama dari Ditjen Pendidikan Tinggi pun sudah dilakukan seperti menetapkan sistem belajar dari rumah lewat internet dan mempersiapkan RS PTN untuk menerima pasien dan menjadi laboratorium untuk Covid-19.
Selain itu, dalam waktu 3-4 hari, Kemdikbud berhasil memobilisasi sedikitnya 15 ribu relawan mahasiswa kesehatan untuk penanganan Covid-19.
Nizam juga tuturkan bahwa selain memobilisasi relawan mahasiswa, perguruan tinggi juga didorong melakukan riset-riset terapan, salah satunya aplikasi berbasis android nanti yang akan diintegrasikan dengan Recon.
“Sedang dikembangkan juga inovasi aplikasi deteksi virus corona yang dapat dideteksi oleh mesin cerdas apakah hasilnya positif atau negatif,” imbuhnya.
Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Aris Junaidi menambahkan, tugas utama relawan lebih banyak melakukan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), dan melakukan pendampingan secara daring.
“Di RECON ada kategori-kategori, relawan memberikan imbauan kepada keluarga, screening melalui RECON, dan sudah punya kategori dari 1-5, ada alur teknisnya. Monevnya dilakukan melalui aplikasi Recon, misalnya pada kategori tidak berisiko pasiennya, relawan pendamping hanya memberikan saran isolasi mandiri. Para relawan ini tidak membuat panik, tapi menenangkan. Saat ini juga sedang dikembangkan memakai nomor khusus dari kemdikbud, sehingga privasi pasien dan case manager terjamin,” terangnya.
Aditya Putra, perwakilan relawan mahasiswa menyampaikan bahwa dengan aplikasi ini, maka tugas para relawan mahasiswa lebih mudah dan lebih luas.
“Menggunakan daring lebih mudah untuk lakukan pendampingan. Aplikasi berbasis halaman web ini setiap harinya akan ada fitur-fitur yang dikembangkan, termasuk keamanan dan privasi. Tim IT Dikti menjadi ujung tombak yang baik sekali untuk pengembangan ini, dan kami selalu bekerja sama untuk mengembangkan aplikasi ini agar lebih bermanfaat lagi untuk masyarakat,”pungkasnya. (dianw)