MEDAN (Berita): Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) yang baru terbentuk Pebruari 2021 justru mampu menyalurkan pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) secara nasional sampai semester I 2021 mencapai Rp 36,82 triliun atau porsinya 22,9 persen dari total pembiayaan Rp 161,5 triliun.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi Kamis (12/8) mengatakan pandemi Covid-19 sejak tahun 2020 memberikan tantangan kepada pertumbuhan ekonomi dan perbankan.
Namun di tengah ekonomi yang menantang, pertumbuhan industri perbankan nasional dan perbankan syariah mulai menunjukkan perbaikan. “Di BSI, pembiayaan ke sektor UMKM terus meningkat,” katanya.
Hery menjelaskan sampai semester I 2021 pembiayaan UMKM Rp36,82 triliun (22,9 persen dari total pembiayaan) secara rinci untuk usaha menengah Rp14,66 triliun, kecil Rp10,76 triliun dan mikro Rp11,41 triliun.
Jumlah pembiayaan pada semester I 2021 itu meningkat dibanding posisi Maret 2021 total pembiayaan sebesar Rp35,91 triliun (22,63 persen dari total pembiayaan).
Secara rinci untuk usaha menengah Rp15,30 triliun, Kecil Rp10,87 triliun dan mikro Rp9,74 triliun.
Pada Desember 2020, total pembiayaan ke UMKM sebesar Rp34,99 triliun (22,40 persen dari total pembiayaan) dengan rincian untuk usaha menengah Rp16,21 triliun, kecil Rp9,85 triliun dan mikro Rp8,93 triliun.
Sedangkan dari sisi bisnis, pada semester I 2021 bank syariah milik Himbara itu telah menyalurkan pembiayaan hingga Rp161,5 triliun.
Jumlah tersebut naik sekitar 11,73 persen dari periode yang sama pada 2020 yang sebesar Rp144,5 triliun.
Hery menyebut porsi terbesar disumbangkan segmen konsumer yang mencapai Rp75 triliun atau setara 46,5 persen dari total pembiayaan. Adapun segmen korporasi sebesar Rp 36,7 triliun atau sekitar 22,8 persen.
Kemudian segmen UMKM yang mencapai Rp36,8 triliun setara 22,9 persen dan sisanya segmen komersial Rp10 triliun atau sekitar 6,2 persen. “Pada paruh pertama tahun ini, BSI pun tetap mampu menjaga kualitas pembiayaan yang positif,” ungkap Hery.
Terbukti dengan tren penurunan non performing financing (NPF) gross dari 3,23 persen pada semester I 2020 menjadi 3,11 persen pada enam bulan pertama tahun ini.
Untuk meningkatkan prinsip kehati-hatian, BSI juga telah mencadangkan cash coverage sebesar 144,07 persen sampai semester I 2021.
Sedangkan dari sisi liabilitas, penghimpunan DPK BSI sampai semester I 2021 mencapai Rp216,36 triliun, naik 16,03 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020 yang sebesar Rp186,49 triliun.
Hery menambahkan sepanjang semester I 2021, BSI membukukan laba bersih sebesar Rp1,48 triliun, naik 34,29 persen secara year on year (yoy).
Sedangkan pada semester I tahun 2020, BSI mencatat perolehan laba bersih sebesar Rp1,1 triliun. Bank syariah terbesar di Indonesia ini juga mencatat pertumbuhan jumlah user mobile banking yang signifikan, menembus 2,5 juta pengguna.
Hery mengatakan kenaikan laba pada semester I tahun ini dipicu oleh pertumbuhan pembiayaan dan dana pihak ketiga (DPK) yang berkualitas, sehingga biaya dana dapat ditekan.
Hal itu mendorong kenaikan pendapatan margin dan bagi hasil yang tumbuh sekitar 12,71 persen secara year on year (yoy).
“Untuk meningkatkan kinerja, pada tahun ini BSI fokus untuk menjaga kualitas pembiayaan dan memanage coverage ratio dengan tetap mendorong pertumbuhan bisnis yang sehat dan akselerasi kapasitas digital dan operasional,” kata Hery.
Dengan kinerja tersebut BSI berhasil mencatatkan total aset sebesar Rp247,3 triliun hingga Juni 2021.
Torehan itu naik sekitar 15,16 persen secara yoy. Pada periode yang sama tahun lalu total aset BSI mencapai Rp214,7 triliun. (wie)