Calon Santri Asal Sumut Gagal Mondok Di Tangse

  • Bagikan
Petugas tim Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie sedang melakukan rapid test terhadap salah seorang warga Medan, Sumut beberapa waktu lalu. (Foto: Muhammad Riza).
Petugas tim Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie sedang melakukan rapid test terhadap salah seorang warga Medan, Sumut beberapa waktu lalu. (Foto: Muhammad Riza).

SIGLI (Berita): Akibat dinyatakan reaktif positif ketika dirapid test, seorang pemuda asal Tebing Tinggi, Sumatera Utara gagal menjadi santri di salah satu pondok pesantren di Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie, Efendi. Kamis (2/7) membenarkan petugas Puskesmas, Kecamatan Tangse, Kabuaten Pidie. Rabu (1/7) menerima lima orang tamu asal Tebing Tinggi, Sumatera Utara.

Kedatangan keenam tamu tersebut yang masih satu keluarga itu bermaksud untuk melakukan cek kesehatan berupa rapid test sebagai salah satu syarat masuk pondok pesantren yang ada di daerah dataran tinggi Kabupaten Pidie itu.

Dari keenam orang yang dilakukan rapid test, satu diantaranya reaktif positif dan itu sebut dia pemuda yang menjadi calon santri. Karena hasil rapid testnya reaktif kemudian calon santri bersama keluarganya tersebut kembali ke Sumatera Utara.

“ Meski hasil rapid testnya reaktif, tetapi itu belum tentu pemuda tersebut terpapar Covid-19, bisa jadi dia lagi sakit lain. Apalagi lima orang lainya yang bersama dia tidak apa-apa. Jadi bisa dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, semisal test swab,” katanya.

Kata Efendi, pihaknya memberi apresiasi kepada semua lembaga pendidikan, terutama Pondok Pesantren karena mencantumkan rapid test sebagai salah satu syarat masuk belajar di lembaga pendidikan dimaksud. “Kami memberikan apresiasi, artinya sekarang semua pihak sadar bahwa pentinya menjaga kesehatan,” katanya.

Sementara Wakil Bupati Pidie Fadhlullah TM Daud, ST yang juga ketua pelaksana harian tim Gugus Tugas Covid-19, mengatakan pihaknya dalam bertugas menangani penanggulangan pandemi Covid-19 di Kabupaten Pidie lebih terfokus. Sekarang kata dia paling penting pintu akses penyebaran Covid-19 ke kabupaten Pidie bisa ditutup. Covid-19, itu masuk melalui mobilitas orang dari kampung pergi ke daerah pandemi, selajutnya dari daerah pandemi kembali ke kampung. Maka, pintu masuk itu harus dijaga lewat gugus tugas. “ Karena itu kita cek selalu. Siapa yang kembali dari daerah pandemi,” katanya.

Kemudian kita lebih fokus lagi ada penanganan lebih lurus tidak perlu semua area Kabupaten Pidie. Sementara di daerah kita belum ada yang positif. Meskipun beberapa waktu lalu ada satu orang yang postif telah sembuh begitupun dengan status PDP dan ODP semua sudah sembuh. Sekarang yang dicurigai, itu orang tampa gejala ( OTG), dan ini kita lihat melalui riwayat perjalanan dan yang bersangkutan harus melakukan isolasi mandiri selama 14 hari. Apabila selama itu dia tidak apa, bisa kembali berbaur bersama masyarakat lainnya. (Wsp)

Berikan Komentar
  • Bagikan