MEDAN (Berita): Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan II 2020 tercatat -2,37 persen (yoy), terkontraksi untuk pertama kalinya sejak krisis 1998. Meski demikian, dibandingkan dengan nasional dan daerah lain, pertumbuhan Sumatera Utara masih lebih baik dari beberapa daerah lain di Sumatera.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatera Utara Wiwiek Sisto Widayat mengatakan hal itu kepada wartawan Selasa (6/10) dalam acara Bincang Bareng Media (BBM) melalui zoom.
“Saat ini pertumbuhan ekonomi Sumut masih tumbuh cukup kuat dibanding nasional dan Sumatera,” tegas Wiwiek.
Saat itu Wiwiek didampingi Wakil Kepala Kantor BI Wilayah Sumut Ibrahim dan Kepala Grup Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah BI Wilayah Sumut Andiwiana Septonarwanto.
Dia menyebut pada triwulan II kontraksi ekonomi dipengaruhi oleh penurunan permintaan domestik seiring dengan
pembatasan sosial untuk mengurangi penyebaran Covid-19. Penguncian wilayah di negara – negara mitra dagang turun yang berakibat menurunkan permintaan eksternal. Seluruh Lapangan Usaha (LU) utama terdampak hingga kontraksi, kecuali LU Pertanian.
Adapun upaya stimulus fiskal menanggulangi dampak Covid-19 mengakselerasi pertumbuhan konsumsi pemerintah dan menahan penurunan ekonomi lebih lanjut.
Ia menegaskan meski terkontraksi di triwulan II, namun Sumut masih lebih baik dari beberapa provinsi lain di Sumatera seperti Riau, Lampung, Sumbar, Babel dan Kepri. Sumut triwulan II tercatat -2,37 persen, Riau -3,12 persen, Lampung -3,57 persen, Sumbar -4,91 persen, Babel -4,98 persen dan Kepri -6,66 persen. Ekonomi Sumatera tercatat 3,01 persen. “Secara ctc pertumbuhan ekonomi Sumut masih tumbuh positif,” tegasnya.
Prediksi Triwulan III
Wiwiek menyebut pada triwulan III 2020 diprediksi perekonomian Sumut mulai pulih karena sejumlah faktor mendukung meski terbatas karena beberapa faktor.
“Permintaan domestik dan eksternal diperkirakan mulai picking up pada triwulan III seiring dengan pelonggaran lockdown di negara-negara mitra dagang dan penerapan adaptasi kebiasan baru,” kata Wiwiek.
Menurutnya, permintaan domestik dan eksternal diperkirakan mulai picking up pada triwulan III seiring dengan pelonggaran lockdown di negara negara mitra dagang dan penerapan adaptasi kebiasan baru
Sisi permintaan (Q2’20 → Q3’20 ; persen YOY), konsumsi rumah tangga; sebagian tenaga kerja telah kembali bekerja seiring dengan pelonggaran pembatasan sosial. Dan adanya penyaluran bantuan sosial dari pemerintah. Konsumsi pemerintah; rencana realisasi dana penanganan bencana
Covid-19 dan realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik dan Dana Desa yang
masih on track.
Begitu pula investasi, realisasinya untuk maintenance rutin dan replanting masih berjalan on track. Berlanjutnya pembangunan infrastruktur strategis pemerintah yang multiyears. Ekspor terjadi peningkatan permintaan eksternal pasca penundaan akibat lockdown di beberapa negara mitra dagang dan impor barang modal juga meningkat
seiring dengan kenaikan investasi.
Sektor pertanian juga cukup baik dimana pasokan perkebunan melimpah karena cuaca yang mendukung. Di industri pengolahan, kinerja industri karet, sawit dan.kopi meningkat sejalan dengan perbaikan permintaan eksternal.
Konstruksi juga menggeliat dengan berlanjutnya pembangunan infrastruktur strategis pemerintah dan proyek pembangunan pabrik multiyears. Sektor perdagangan juga mulai berjalan dengan pembukaan kembali pusat-pusat perbelanjaan meski belum optimal. Membaiknya daya beli masyarakat seiring dengan sebagian tenaga kerja yang telah kembali bekerja.
“Transportasi dan pergudangan juga mulai longgar seperti transportasi udara pada masa adaptasi kebiasaan baru,” katanya. (Wie)