Jakarta (Berita): Saat dunia menghadapi krisis akibat virus corona baru atau COVID-19, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menegaskan dukungan Indonesia bagi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta upaya memajukan semangat multilateralisme.
“Untuk saat ini akan lebih baik apabila energi kita difokuskan untuk melawan COVID-19,” ujar Menlu Retno kepada wartawan melalui konferensi video di Jakarta, Jumat (17/4).
Pernyataan tersebut disampaikan Retno guna menanggapi kritik Presiden AS Donald Trump yang menuding WHO gagal menangani wabah COVID-19, bahkan mengancam akan menghentikan pendanaan bagi organisasi tersebut.
Daripada saling tuduh, kata Menlu, Indonesia lebih mengedepankan multilateralisme guna merespons krisis kemanusiaan yang terjadi serta memperkuat upaya kerja sama internasional selama pandemi berlangsung.
Indonesia pada Kamis (16/4) berpartisipasi dalam Pertemuan Tingkat Menteri Kelompok Alliance for Multilateralism (AoM) yang diselenggarakan secara virtual.
AoM merupakan forum negara-negara yang bersifat lepas untuk meningkatkan kerja sama guna mengatasi berbagai permasalahan global.
Dalam pertemuan AoM, Menlu Retno menekankan bahwa tidak ada opsi lain bagi masyarakat internasional selain memanfaatkan WHO sebagai wadah kerja sama bagi seluruh negara anggota PBB dalam menghadapi pandemi COVID-19
Menlu juga menegaskan pentingnya masyarakat internasional untuk menjamin agar sistem multilateral dapat memenuhi kebutuhan mendesak masyarakat luas, yaitu persediaan alat medis yang esensial, alat perlindungan diri, obat, dan vaksin.
“Untuk itu, sistem multilateral harus dapat bersifat lebih fleksibel terhadap isu terkait hak paten dan hak kekayaan intelektual dalam memproduksi alat medis, obat, dan vaksin kepada negara ketiga,” tutur Retno.
Selain itu, Menlu Retno juga menekankan bahwa sistem multilateral harus dapat memfasilitasi pergerakan dan alur barang agar dapat terus menopang perdagangan dan rantai pasokan global.
“Dalam pertemuan para menlu tersebut, kita menyadari ada baiknya krisis atau pandemi ini digunakan sebagai momentum untuk melakukan reformasi agar ke depan seluruh organisasi internasional yang ada dapat memberikan respons lebih baik apabila terjadi krisis di masa mendatang,” tutur Retno.(Ant).