MEDAN (Berita): Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Utara Wiwiek Sisto Widayat menegaskan inflasi 2020 diprakirakan meningkat dari tahun 2019 tetapi masih berada di dalam sasaran inflasi nasional yaitu 3±1 persen (yoy) dengan potensi bias ke bawah seiring dengan daya beli masyarakat yang terbatas akibat Pandemi COVID-19.
Namun demikian, Kepada wartawan Sabtu (11/7/2020), Wiwiek mengatakan terdapat beberapa risiko yang dapat menimbulkan shock temporer seperti keterlambatan impor luar negeri, hambatan distribusi domestik, penimbunan/belanja berlebihan oleh konsumen dan naiknya permintaan komoditas tertentu (contoh: alat kesehatan). “Ke Depan, Inflasi 2020 diprakirakan meningkat di rentang sasaran,” kata Wiwiek.
Ia menyebut faktor pendorong inflasi yakni peningkatan harga komoditas impor seiring dengan terhambatnya pasokan karena pandemi Covid-19 mempengaruhi aktivitas produksi negara penghasil.
Hambatan distribusi domestik akibat COVID-19, penimbunan/belanja berlebihan oleh konsumen dan naiknya permintaan komoditas tertentu.
“Tendensi peningkatan harga emas di pasar global akan turut mendorong kenaikan harga komoditas emas perhiasan dan Kota Gunungsitoli sebagai Kota IHK Baru,” ungkap Wiwiek.
Sedangkan faktor penahan inflasi yakni ekspektasi inflasi yang terjangkar, cuaca dan iklim yang lebih kondusif dari tahun 2019, daya beli masyarakat terbatas akibat perlambatan ekonomi pada masa pandemi COVID-19.
Ia menjelaskan Indeks Harga Konsumen (IHK) Sumut Juni 2020 tercatat deflasi -0,07 persen (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat inflasi 0,43 persen (mtm) serta lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tercatat deflasi -0,29 persen (mtm) serta dari Sumatera dan Nasional.
Deflasi kelompok makanan
Sementara deflasi Sumut bersumber dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta transportasi dengan andil masing- masing sebesar -0,04 persen (mtm) dan – 0,02 persen (mtm).
Deflasi kelompok makanan disumbang oleh penurunan harga aneka bawang dan ikan dencis seiring dengan penurunan permintaan pasca lebaran serta daya beli masyarakat yang rendah.
Di satu sisi, pasokan hortikultura dan tangkapan ikan segar cukup melimpah. Deflasi kelompok transportasi disebabkan oleh penurunan tarif angkutan udara seiring rendahnya minat masyarakat untuk berpergian akibat COVID-19 yang masih merebak.
Secara spasial, tekanan harga di seluruh kota IHK menurun. Deflasi terjadi di kota Pematangsiantar (-0,13 mtm), Medan (-0,09 persen mtm) dan Padang Sidimpuan (-0,02 persen mtm). Sementara dua kota IHK lainnya mengalami inflasi, antara lain Gunung Sitoli (0,22 persen mtm) dan Sibolga (0,13 persen (mtm).
Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahun kalender Sumut terjaga rendah pada 0,61 persen (ytd). Komoditi
bawang merah menjadi penyumbang inflasi Utama secara kumulatif, seiring dengan kenaikan harga yang pernah terjadi selama beberapa bulan yang lalu akibat terbatasnya pasokan dari sentra produksi.
Di sisi lain, cabai merah memberikan andil deflasi terbesar hingga Juni karena pasokan cukup melimpah sementara permintaan menurun ditengah aktivitas industri rumah makan dan masyarakat yang terkendala saat social distancing’berlangsung.
“Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahun kalender Sumut terjaga rendah,” katanya.
Secara tahunan, IHK Sumatera Utara mengalami deflasi sebesar -0,09 persen (yoy), menurun cukup dalam dari triwulan I 2020 (1,81 persen;yoy). Deflasi dipengaruhi oleh rendahnya harga cabai merah seiring dengan menurunnya permintaan dari rumah makan dan masyarakat karena pandemi sementara pasokan cukup melimpah.
TPID
Wiwiek menambahkan dalam rangka menjaga kestabilan harga, TPID melakukan koordinasi rutin dengan beberapa langkah pokok sesuai 4K (Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, Keterjangkauan Harga, Komunikasi yang Efektif).
Upaya Pengendalian Inflasi Melalui TPID Keterjangkauan Harga dengan rencana penyusunan Perda yang mengamanatkan Dhirga Surya sebagai stabilisator harga di Sumut.
\Rencana penyerapan suplai cabai merah yang akan panen melalui PT AIJ saat harga sedang rendah. Pemantauan harga 6 komoditas pangan utama oleh Satgas Pangan serta pemantauan langsung ke distributor dan FGD jika adanya kenaikan harga.
Kelancaran Distribusi yakni peningkatan efektivitas Kejasama Antar Daerah, Optimalisasi digitalisasi untuk UMKM dan upaya memotong rantai pasok yang panjang sehingga NTP meningkat.
Ketersediaan Pasokan dengan monitoring pasokan untuk mewujudkan pangkalan data yang dapat dijadikan acuan. Rencana pengelolaan SRG di Serdang Bedagai dan Langkat oleh PT Dhirga Surya. Intervensi penanaman bawang putih dan penangkaran bibit bawang merah oleh Dinas TPH untuk memenuhi kebutuhan Sumut yang masih defisit.
Komunikasi Yang Efektif yakni Kampanye belanja bijak (tidak menimbun barang) serta belanja online melalui radio dan media informasi lainnya. Kampanye belanja bijak (tidak menimbun barang) serta belanja online melalui radio dan media informasi lainnya. (Wie)