Inflasi Gunung Sitoli Tertinggi Di Sumatera

  • Bagikan
Kabid Distribusi Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara Dinar Butarbutar. Beritasore/ist
Kabid Distribusi Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara Dinar Butarbutar. Beritasore/ist

MEDAN (Berita): Dari 24 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Pulau Sumatera, 13 kota tercatat inflasi pada September 2020. Inflasi tertinggi di Gunung Sitoli sebesar 1,00 persen dengan IHK sebesar 104,96 dan terendah di Pekanbaru sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 103,44 persen.

Sementara deflasi tertinggi terjadi di Banda Aceh dan Tanjung Pinang sebesar 0,32 persen dengan IHK masing-masing sebesar 104,19 dan 102,85 serta deflasi terendah di  Bukittinggi sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 103,25. Kabid Distribusi Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara Dinar Butarbutar mengatakan hal itu Jumat (2/10) di kantornya.

Ia menjelaskan pada September 2020, tiga kota IHK di Sumatera Utara inflasi yaitu Sibolga sebesar 0,29 persen Pematangsiantar sebesar 0,29 persen; dan Gunung Sitoli sebesar 1,00 persen. Sementara itu, dua kota lainnya, yaitu Medan deflasi 0,05 persen dan Padangsidimpuan deflasi 0,12  persen.

“Dengan demikian, gabungan 5 kota IHK di Sumatera Utara pada September 2020 deflasi 0,01 persen,” kata Dinar.

Komoditi pangan yang memberikan andil inflasi di lima kota IHK Sumut yakni minyak goreng yang belakangan harganya mengalami kenaikan. Juga ada bawang putih dan ikan teri.

Sedangkan yang memberikan.andil deflasi umumnya cabai merah dimana harganya relatif stabil di posisi rendah.

Dinar menyebut pada September 2020, Medan tercatat deflasi 0,05 persen atau terjadi penurunan IHK dari 102,76 pada Agustus 2020 menjadi 102,71 pada September 2020.  “Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan,” jelas Dinar.

Penurunan itu yakni kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,03 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,09 persen; kelompok transportasi sebesar 0,30  persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,55 persen.

Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami peningkatan indeks yaitu, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,10 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,19 persen; dan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,09 persen.

Empat kelompok lainnya tidak mengalami perubahan indeks yaitu kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan; kelompok rekreasi, olahraga dan budaya; serta kelompok pendidikan.

Komoditas utama penyumbang deflasi selama September 2020 di Medan, antara lain angkutan udara, cabai rawit, telur ayam ras, parfum, jeruk, kentang, dan celana panjang jeans pria.

Dinar menyebut inflasi September 2020 menyebabkan inflasi tahun kalender September 2020 (September 2020 terhadap Desember 2019) masing-masing kota sebagai berikut: Sibolga deflasi 0,30 persen;

Pematangsiantar inflasi 0,19 persen; Medan inflasi 0,35 persen; Padangsidimpuan inflasi 1,32 persen; dan Gunung Sitoli inflasi 2,50 persen. Dengan demikian, inflasi tahun kalender gabungan 5 kota IHK di Sumatera Utara sebesar 0,40 persen.

Inflasi September 2020 menyebabkan inflasi tahun ke tahun (September 2020 terhadap  September 2019) masing-masing kota sebagai berikut: Sibolga inflasi 0,03 persen; Pematangsiantar inflasi 0,65 persen; Medan inflasi 0,18 persen; Padangsidimpuan inflasi 1,94 persen; dan Gunung Sitoli inflasi 1,91 persen. Dengan demikian, laju inflasi tahun ke tahun gabungan 5 kota IHK di Sumatera Utara inflasi 0,31 persen.(Wie)

Berikan Komentar
  • Bagikan