MEDAN (Berita): Dampak pandemi Covid-19 mulai dirasakan investor saham di Indonesia, termasuk juga Sumatera Utara dengan turunnya kinerja mereka pada April dan Mei 2020.
“Namun pada Juni 2020 ini investor saham dan transaksinya mulai bergerak naik,” kata Muhammad Pintor Nasution, Kepala Perwakilan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Sumatera Utara kepada wartawan di Medan Kamis (16/7).
Ia menyebut jumlah investor Desember 2019 nasional 1.082.110 orang diantaranya Sumut 50.023 orang. Pada April 2020, sebanyak 1.154.831 orang (Indonesia), transaksi mencapai Rp169,739 triliun, diantaranya Sumut 55.124 orang dengan transaksi Rp7,523 triliun. Pada Mei 2020, investor di Indonesia mencapai 1.173.665 orang dengan transaksi sebesar Rp162,061 triliun, sedangkan di Sumut investornya sebanyak 56.323 orang dengan transaksi Rp7,638 triliun. Pada Juni, investor nasional 1.214.358 orang dengan transaksi mencapai Rp258,463 triliun, diantaranya investor Sumut sebanyak 58.880 orang dengan transaksi sebesar Rp13,806 triliun.
“Dari data terlihat pada Juni jumlah investor dan transaksi mengalami peningkatan dari bulan sebelumnya,” ungkap Pintor.
Menurutnya, pada Juni ini sepertinya kepercayaan di Indonesia dan Sumut bisa di bilang sudah mulai percaya akan pasar. Itu tercermin dari data transaksi yang Naik hampir dua kali lipat.
“Pahitnya dampak Covid19 ini dirasakan oleh investor kita, sehingga data April dan Mei yang turunnya juga lumayan. Nah Juni beberapa stimulus sudah dirasakan memberikan dampak yang baik ke perekonomian,” ungkapnya.
Emiten
Pintor menambahkan untuk emiten yang listing di Tahun 2020 dari Sumut sebenarnya dua perusahaan yakni PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) dan PT Cahaya Bintang Medan Tbk (CBMF). Akan tetapi CSRA itu pakai alamat kantor pusatnya di Jakarta bukan di Medan. Padahal kebun sawitnya semuanya ada di Labuhan Batu.
Sedangkan PT Cahaya Bintang Medan, Tbk perusahaan furniture yang berlokasi di Patumbak. Sampai dengan akhir 2020 sepertinya belum ada lagi perusahaan Sumut yang akan listing, mengingat dampak Covid 19 ini perusahaan banyak fokus bagaimana perusahaan masih tetap beroperasional dengan batasan-batasan dan protokoler kesehatan yang telah di tetapkan pemerintah. (Wie)