Kencangkan ‘Ikat Panggang’ Hadapi Virus Corona

  • Bagikan
Penanganan Covid-19 di Lapas Lhoksukon dengan melakukan penyemprotan Dibantu Petugas Kesehatan Pemkab Aceh Utara. (waspada.id)
Penanganan Covid-19 di Lapas Lhoksukon dengan melakukan penyemprotan Dibantu Petugas Kesehatan Pemkab Aceh Utara. (waspada.id)

Jakarta (Berita): Para pemimpin dunia mulai mengencangkan ikat pinggang menghadapi penyebaran wabah virus corona (covid-19) yang terus memburuk. Statistik korban yang terus melonjak di berbagai belahan dunia mengharuskan para pengatur kebijakan mencari solusi terbaik dalam mengendalikan situasi pelik ini.

Melansir data WHO per Jumat (20/3) sore, setidaknya sebanyak 246.522 orang positif virus corona dengan angka kematian mencapai 10.049 jiwa. Berbagai cara pun dilakukan untuk meminimalisir penyebaran wabah tersebut, dari imbauan meningkatkan kebersihan diri, penerapan konsep social distancing di ruang publik hingga kebijakan kerja dan belajar dari rumah.

Di sebagian negara seperti Italia, Prancis, Filipina, dan Malaysia opsi ekstrem seperti pembatasan akses keluar-masuk wilayah tertentu (lockdown) menjadi pilihan. Opsi ini telah dijalankan oleh China, dan terbukti berhasil.

Meski belum diterapkan di Indonesia, namun wacana lockdown terus digaungkan. Namun, perlu kesiapan finansial untuk mengantisipasi potensi lockdown. Pasalnya, lebih baik bersiap sejak dini daripada kerepotan nantinya.

Perencana keuangan Safir Senduk mengatakan kunci kesiapan menghadapi lockdown adalah mengendalikan arus keuangan. Sarannya, atur kembali pengeluaran sebab simpanan uang tunai yang cukup akan menjadi ‘senjata’ terbaik dalam menghadapi lockdown.

“Sebaiknya kendalikan atau atur kembali pengeluaran. Orang-orang di perkotaan harus menekan keinginan yang kurang penting seperti ke mall, nonton bioskop, karena kalau tidak pegang cash akan repot,” jelasnya.

Safir menyebut tanpa disadari langkah tersebut dapat ‘menghasilkan’ pendapatan baru dengan menekan pengeluaran yang tidak mendesak. Persiapan yang dilakukan pun tak perlu berlebihan, cukup dengan mengendalikan pengeluaran dan menekan gaya hidup konsumtif.

Dia juga mengingatkan untuk tidak menghabiskan tabungan untuk pembelian makanan dan keperluan sehari-hari secara berlebihan, sebab uang tunai akan lebih bijak disimpan dalam keadaan darurat mengingat pendapatan mungkin terhenti untuk sementara waktu.

Siasat lain, katanya, ialah berkreasi dalam mencari substitusi atau pengganti bahan konsumsi, misalnya dengan memangkas konsumsi daging dan mengganti sumber asupan protein dari telur, tahu tempe, dan produk olahan lainnya yang lebih ramah dompet.

Namun, untuk mereka yang memiliki pendapatan pas-pasan dan memiliki kewajiban yang tak bisa dipangkas, Safir menyarankan untuk memutar otak mencari sumber pemasukan baru. Berbisnis dari rumah dengan memanfaatkan pasar atau marketplace online dapat menjadi sumber penghasilan yang menggiurkan.

“Kalau dulu jualan hanya bisa dilakukan kalau keluar rumah, sekarang ini dengan bantuan teknologi, marketplace sudah tersedia dan mudah diakses,” katanya.

Sementara untuk para pekerja lepas, buruh harian atau pebisnis yang mengandalkan gaji per harinya, Safir bilang, dapat mempertimbangkan solusi konkret seperti menggadaikan barang yang dimiliki sebagai sumber uang tunai.

Sepaham, Perencana Keuangan Oneshildt Financial Planning Agustina Fitria mengatakan dana persiapan lockdown dapat dikumpulkan dari biaya yang secara otomatis telah terpangkas akibat wabah virus corona, seperti ongkos kendaraan bagi yang menggunakan transportasi umum dan biaya parkir, tol, dan bensin untuk mereka yang memiliki kendaraan pribadi.

Prioritas pun harus digeser. Menurut Agustina, hiburan dan aktivitas di akhir pekan yang biasanya dilakukan di ruang publik kini dapat dialihkan untuk biaya bahan makanan yang cukup selama masa lockdown. Meski tak perlu membeli secara berlebihan namun ia menyarankan untuk melipatkan belanja yang biasanya dilakukan dan memilih bahan makanan yang tahan lama.

Namun jika masih tak mencukupi, ia menyarankan untuk menggunakan dana darurat masing-masing. Dana darurat adalah tabungan yang setara dengan 3 bulan pengeluaran hidup. Misalnya, jika dalam sebulan menghabiskan Rp2 juta untuk kebutuhan sehari-hari maka dana darurat yang dimiliki sejumlah Rp6 juta.

“Dana darurat biasanya dipersiapkan untuk keadaan darurat seperti bencana alam atau wabah seperti sekarang ini,” jelas Agustina.

Perlu diingat, dana darurat tersebut idealnya tak digunakan sekaligus untuk satu kebutuhan. Gunakanlah uang tunai yang dimiliki secara bijak, dengan membagi dana yang tersedia menjadi beberapa bagian mulai dari keperluan sehari-hari, keperluan kesehatan, dan pegangan jangka pendek-menengah.

Dalam keadaan mendesak, pinjaman jangka pendek dapat dipertimbangkan, yang dapat dicicil kemudian hari. Sebelum mengambil pinjaman, Agustina menyebut kalkulasi harus dilakukan menyesuaikan kemampuan finansial Anda sebab jika tidak, utang tersebut dapat menjadi beban yang sulit dilunasi di kemudian hari.

“Harus teliti, dihitung betul-betul karena ada biaya pinjaman, apakah sebanding dengan kenyamanan yang diambil? Sebab semua orang punya kemampuan membayar yang berbeda-beda,” ucapnya.

Agustina menyampaikan, utang yang dimiliki seharusnya tidak melebihi sepertiga dari pemasukan, ini sudah termasuk utang lainnya seperti cicilan KPR, kendaraan, dan kebutuhan lainnya. (cnn)

Berikan Komentar
  • Bagikan