KPPU Jatuhkan Sanksi Ke Grab Dan TPI

  • Bagikan
Suasana sidang Ketua Majelis dengan Dr Guntur S. Saragih, MSM., dan Dr. M. Afif Hasbullah SH. M.Hum sebagai Anggota Majelis di Jakarta Jumat (3/7/2020) malam. Beritasore/ist
Suasana sidang Ketua Majelis dengan Dr Guntur S. Saragih, MSM., dan Dr. M. Afif Hasbullah SH. M.Hum sebagai Anggota Majelis di Jakarta Jumat (3/7/2020) malam. Beritasore/ist

MEDAN (Berita) : Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Rabu malam (2/7) menjatuhkan sanksi kepada PT Solusi Transportasi Indonesia (GRAB) dan PT Teknologi Pengangkutan Indonesia (TPI).

Jasa angkutan sewa khusus yang berkaitan dengan penyediaan aplikasi piranti lunak Grab App yang diselenggarakan di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), Makassar, Medan, dan Surabaya.

Atas pelanggaran Pasal 14 dan Pasal 19 (d) Undang-undang No. 5/1999 tersebut, GRAB dikenakan denda Rp 7,5 miliar atas pelanggaran Pasal 14 dan Rp 22,5 miliar atas  Pasal 19(d), sementara TPI dikenakan denda Rp 4 miliar dan Rp 15 miliar atas dua pasal  tersebut.

Kepala Kanwil I KPPU Ramli Simanjutak kepada wartawan Sabtu (4/7/2020) mengatakan keputusan itu hasil sidang  yang dipimpin Dinni Melanie, SH,ME selaku  Ketua Majelis, dengan Dr Guntur S Saragih, MSM dan Dr M Afif Hasbullah SH MHum  sebagai Anggota Majelis.

Perkara dengan Nomor 13/KPPU-I/2019 ini berawal dari inisiatif KPPU dan ditindaklanjuti ke tahap penyelidikan mengenai dugaan pelanggaran integrasi vertikal (Pasal 14), tying-in (Pasal 15 ayat 2), dan praktek diskriminasi (Pasal 19 huruf d).

Di awal perkara, KPPU menduga telah terjadi beberapa pelanggaran persaingan usaha melalui order prioritas yang  diberikan GRAB (Terlapor I) kepada mitra pengemudi di bawah TPI (Terlapor II), yang  diduga terkait rangkap jabatan antar kedua perusahaan tersebut.

Menguasai Produk Jasa

Dalam proses persidangan, Majelis Komisi menilai bahwa perjanjian kerjasama penyediaan jasa oleh GRAB selaku perusahaan penyedia aplikasi dan TPI selaku perusahaan yang bergerak di bidang jasa sewa angkutan khusus, bertujuan untuk menguasai produk jasa penyediaan aplikasi angkutan sewa khusus berbasis teknologi di Indonesia dan mengakibatkan  terjadinya penurunan prosentase jumlah mitra dan penurunan jumlah orderan dari  pengemudi mitra non TPI.

Majelis Komisi menilai tidak adanya upaya tying-in yang dilakukan GRAB terhadap jasa  yang diberikan oleh TPI. Namun demikian Majelis menilai bahwa telah terjadi praktek  diskriminasi yang dilakukan oleh GRAB dan TPI atas mitra individu dibandingkan mitra TPI seperti pemberian order prioritas, masa suspend, dan fasilitas lainnya.

Praktek tersebut telah mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat terhadap mitra non TPI dan mitra individu.

Memperhatikan berbagai fakta dan temuan dalam persidangan Majelis Komisi memutuskan bahwa GRAB dan TPI terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 14 dan 19 huruf “d”, namun tidak terbukti melanggar Pasal 15 ayat (2) Undang-undang No. 5/1999.

Atas pelanggaran tersebut, Majelis Komisi menjatuhkan sanksi denda kepada GRAB sebesar Rp 7,5 miliar untuk pelanggaran Pasal 14 dan Rp 22,5 miliar untuk pelanggaran  Pasal 19 huruf “d”.

Sementara TPI dikenakan sanksi denda sebesar Rp 4 miliar atas  pelanggaran Pasal 14 dan Rp 15 miliar untuk pelanggaran Pasal 19 huruf “d”.

Majelis Komisi juga memerintahkan agar para Terlapor melakukan pembayaran denda paling lambat 30 hari setelah Putusan memiliki kekuatan hukum tetap.

Secara khusus, Majelis Komisi juga merekomendasikan kepada KPPU untuk memberikan saran pertimbangan kepada Kementerian Perhubungan untuk melakukan evaluasi terkait implementasi kebijakan kuota angkutan sewa khusus dengan memperhatikan prinsip-prinsip  persaingan usaha yang sehat.

kepada Kementerian UMKM dan Koperasi untuk  melakukan advokasi kepada pengemudi yang tergolong UMKM terkait dengan pelaksanaan  perjanjian antara pengemudi dengan perusahaan penyedia aplikasi, dan perjanjian antara pengemudi dengan perusahaan angkutan sewa khusus. (Wie)

 

 

Berikan Komentar
  • Bagikan