• Redaksi
  • Hubungi Kami
Senin, Maret 8, 2021
beritasore.co.id
  • Berita Utama
  • Nasional
  • Medan
  • Sumut
  • Aceh
  • Ekonomi
  • Opini
  • Internasional
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Lainnya
    • Pariwara
    • Jadwal Khatib Jumat
    • Pariwisata
No Result
View All Result
  • Berita Utama
  • Nasional
  • Medan
  • Sumut
  • Aceh
  • Ekonomi
  • Opini
  • Internasional
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Lainnya
    • Pariwara
    • Jadwal Khatib Jumat
    • Pariwisata
No Result
View All Result
beritasore.co.id
No Result
View All Result

Beritasore » Mau Belajar Apa Lagi dari Amerika ?

Mau Belajar Apa Lagi dari Amerika ?

13 Januari 2021
in Berita Utama, Opini
Reading Time: 5min read
0
Erros Djarot

Erros Djarot

Share on FacebookShare on TwitterWhatsapp

Membuka tahun baru 2021, Gedung Capitol Hill, Washington D.C, tempat para wakil rakyat Amerika berkantor, diserbu massa pendukung Presiden Donald Trump yang mencoba menggagalkan pengesahan Joe Biden menjadi Presiden AS ke – 46.

Suatu peristiwa yang sungguh tak terbayangkan bisa terjadi di negaranya Paman Sam.

Sebuah negara super di segala bidang yang selama ini memposisikan diri sebagai maha Guru bagi negara-negara yang ingin berdemokrasi ria ala barat.

Para akademisi pemuja demokrasi ala Amerika yang cukup banyak jumlahnya di negeri ini pun, pasti terperangah.

Tak percaya bahwa negara idola yang dijadikan sebagai role model sebuah negara demokratis paling sempurna, pada setiap ceramah mereka di depan para mahasiswa, memunculkan potret perilaku demokrasi yang ‘barbarian’ dan rendah mutu.

Atas peristiwa yang luar biasa mengejutkan ini, terbayang oleh saya bagaimana wajah para aktivis penjaja Demokrasi ala Amerika yang pada awal gerakan reformasi sangat getol menjajakan dagangannya.

Bagi para aktivis yang aktif di lapangan pada fase awal gerakan Reformasi, pasti mengenal betul nama dari sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang sangat pro-aktif berperan sebagai agen demokrasi ala Amerika.

Mereka sangat giat bermanuver hingga masuk ke wilayah kerja legislasi para wakil rakyat kita di MPR.

Mereka sukses besar berhasil merubah UUD-45 hingga melahirkan UUD-45 (sintetis) alias UUD 2002.

Mereka adalah kumpulan akademisi muda yang sangat anti Demokrasi ala Indonesia (Pancasila), maupun Demokrasi Terpimpin ala Bung Karno.

Dengan Demokrasi liberal dijadikan pilihan, mereka begitu yakin rakyat Indonesia akan meraih kedaulatan dan kebebasan secara penuh.

Rakyat akan berjaya, rakyat lah yang berkuasa, dan rakyat hidup bahagia karena mandiri menentukan pilihan.

Tapi agaknya sejarah cukup jahil. Dipertontonkanlah peradaban dunia yang di sana-sini mulai memproduksi sejumlah produk demokrasi liberal yang salah satu bentuknya adalah peradaban demokrasi ala Amerika versi Trump.

Di Indonesia dikenal sebagai Demokrasi ‘kebablasan’. Tidak cukup hanya liberal, tapi sudah pada tingkatan hiper liberal.

Atas nama demokrasi Anda boleh melakukan apa saja. Termasuk ngotot paling benar sendiri, paling berhak dan paling harus selalu menang menguasai segalanya atas nama mayoritas.

Sebuah peradaban demokrasi yang dibangun lewat perpaduan antara hukum dagang dan hukum rimba.

Merenungkan peristiwa memalukan yang dilakukan oleh para pendukung Trump, saya jadi tergoda untuk meluaskan perenungan saya dengan pengembaraan imajinasi yang lebih jauh.

Benak saya justru lebih tertarik melakukan lompatan jauh dan menjadikan negeri Cina sebagai tempat yang menarik untuk dipertanyakan.

Tiba-tiba saja saya menjadi sangat serius menyoal; mengapa, konon, Nabi Muhammad SAW sempat melontarkan seruan agar umatnya mau terus belajar hingga bila  perlu tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina.

Persoalan yang sangat mengganggu pikiran saya adalah tentang pilihan negeri tujuan yang ditawarkan Nabi Muhammad kepada umatnya.

Mengapa kok merekomendasi umat pengikutnya agar mau belajar sampai ke negeri tirai bambu, Cina ?

Mengapa tidak merekomendasi untuk mau belajar ke Nusantara, Australia, Afrika, Eropa, atau ke negara yang serba super segalanya, Amerika..?

Padahal, dalam satu abad terakhir ini, Eropa dan Amerika merupakan tempat yang menjadi sumber dan rujukan dari hampir setiap temuan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lalu mengapa justru negeri Cina yang oleh Nabi Muhammad dijadikan rujukan ?

=Konon kutipan sabda Nabi Muhammad ini tidak kuat dijadikan rujukan karena terdapat dalam hadis dimana dalam rangkaian sanadnya terdapat nama Abu Atikah Tarif bin Sulaiman yang oleh para Ulama ahli hadis dinyatakan sebagai seorang yang gemar memalsukan hadis.

Terlepas dari apa kah anjuran ini beredar di kitab hadis palsu atau sebaliknya, bukanlah domain saya untuk mempersoalkannya lebih jauh.

Dalam ruang imaji terbatas, saya hanya membayangkan betapa dahsyatnya anjuran ini hingga perlu dibahas dan dikaji dengan serius oleh para ahli periwayat hadis.

Kalau toh ternyata berasal dari kutipan sebuah hadis palsu, minimal ia pernah hadir sebagai wacana di zaman para sahabat maupun generasi penerus yang berada di lingkar kehidupan yang tak terlalu jauh dari kisaran zaman saat Nabi Muhammad masih aktif menjalankan tugasnya sebagai Rasul Allah.

Saya yang melakukan pendekatan terhadap ‘anjuran’ Nabi Muhammad ini lewat kacamata kekinian sebagai mahluk sosial budaya, lebih cenderung untuk menjadikannya sebagai sebuah misteri yang sangat menarik.

Karena sempat pada zaman perang dingin masih berkecamuk, kehadiran anjuran ini yang oleh para ahli hadis dinyatakan sebagai sabda Nabi versi hadis palsu, langsung saya sepakati dan saya terima penuh dengan pikiran bulat.

Mana mungkin negara Komunis dijadikan rujukan. Begitu tentunya pola pikir yang wajar dari seorang remaja seperti saya pada masa-masa perang dingin berkecamuk.

Namun melihat perkembangan Cina belakangan ini, di satu sisi, dan realita Amerika hari ini, di sisi lain, benak saya mulai tergoda.

Jangan-jangan ada benarnya anjuran Nabi Muhammad. Setidaknya anjuran untuk menuntut ilmu  terus menerus walau sampai harus belajar ke negeri Cina, bukanlah anjuran dari Nabi yang tanpa alasan.

Tidak terbayangkan oleh saya akan betapa kacaunya pikiran, dan bahkan iman saya pasti terancam goyah bila negeri yang dijadikan rujukan oleh Nabi Muhammad adalah negerinya paman Sam, Amerika. Tentunya Amerika plus Donald Trump.

Pelajaran jenis apa yang saya bisa kita petik dari peradaban sosial politik ala Amerika hari ini ?

Kecuali memandangi dengan penuh keprihatinan potret dari sebuah peradaban (sosial politik) yang berjalan mundur ke belakang.

Sehingga ketika wajah kita hadapkan ke depan menatap Amerika hari ini, yang tampak bermunculan adalah kejayaan masa lalu dan kumpulan orang-orang kalah yang masih saja menepuk dada seakan mereka lah harapan dan masa depan.

Sebaliknya ketika wajah kita palingkan menatap negeri Cina, yang tampak menjulang adalah pancaran sinar aura positif.

Sumbernya berasal dari wajah-wajah bercahaya para pemimpin dan rakyatnya yang bersukacita dalam kemenangan membangun peradaban manusia modern yang berkepribadian, sebagai masyarakat sebuah bangsa yang berkebudayaan.

Itulah sebabnya, mengapa saya bercuriga bahwa Nabi Muhammad setidaknya pernah menyinggung negeri Cina dalam salah satu dakwah beliau.

Asumsi ini berdasarkan keyakinan saya bahwa Nabi Muhammad pastilah seorang futurolog tanpa tandingan.

Karena beliau adalah rasul Allah terkasih dan nabi terakhir yang diutus Allah untuk membuka mata hati, pikiran, batin, dan iman umat manusia sedunia.

Pada dirinya yang ada hanya kebenaran ! Salah satu kebenaran yang saya tangkap hari ini, adalah anjuran yang memilih negeri Cina untuk kita jadikan tempat menimba ilmu.

Dan seluas apakah ilmu yang harus kita tuntut di negeri tirai bambu ini ? Biarlah waktu yang menjawabnya.

Ketertarikan saya hanya untuk mempertegas pilihan bahwa ketika memilih role model dalam upaya mebangun masyarakat masa depan yang berpengharapan, belajar ke negeri Cina bukan lah pilihan yang salah.

Akan sama sekali salah bila anjuran ini direduksi menjadi anjuran untuk belajar kepada para cukong-konglomerat (hitam) lokal yang tentunya justru hanya akan menularkan peradaban serba serakah dan serba eksklusif, serba hanya untuk kalangan sendiri !

Pertanyaan pengantar untuk direnungkan; mau belajar apalagi dari Amerika ? Dari mereka, kita sudah belajar bagaimana membangun kemenangan semu dalam kekalahan substansial sepanjang sejarah Orde Baru berkuasa.

Haruskah kita mengulanginya lagi ? Untuk menjawab pertanyaan ini, tuntutlah ilmu bila perlu sampai ke negeri Cina ! (Watyutink.com)

Berikan Komentar

BACA JUGA

Tokoh Masyarakat Sumut Dukung Vaksinasi Covid-19

Antisipasi Karhutla, Pemkab Tapsel Gelar Apel Pasukan

Related Posts

Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi bertemu dengan tokoh masyarakat, para pimpinan partai politik, tokoh agama, dan tokoh adat Sumut, dalam rangka sosialisasi vaksinasi Covid-19 di Aula Tengku Rizal Nurdin, Rumah Dinas Gubernur, Jalan Jenderal Sudirman Nomor 41, Medan, Jumat (5/3/2021). beritasore/ist

Tokoh Masyarakat Sumut Dukung Vaksinasi Covid-19

6 Maret 2021
Bupati didamping Forkopimda Tapsel  pemeriksaan kesiapan sarana perlengkapan pasukan Apel yang diikuti dari TNI/Polri, BPBD, Satpol PP dan Damkar Tapsel di Lapangan Sarasi II, Kelurahan Bintuju, Kecamatan Angkola Muaratais, Jum'at (5/3). Beritasore/Birong RT

Antisipasi Karhutla, Pemkab Tapsel Gelar Apel Pasukan

5 Maret 2021
TNI-Polri Batutabara gelar Goes,  Jum'at (5/3/2021).beritasore/Alirsyah

TNI – Polri Batubara Gelar Goes 

5 Maret 2021
Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi menghadiri panen perdana bawang merah dan kentang di lokasi Food Estate di Desa Ria-ria, Kecamatan Polung, Kabupaten Humbang Hasudutan, Rabu (3/3/2021). beritasore/Ist 

Food Estate Humbahas Panen Perdana

4 Maret 2021
Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi silaturahmi bersama dengan rekan-rekan media di Aula Tengku Rizal Nurdin, Rumah Dinas Gubernur Sumut, Jalan Jenderal Sudirman Nomor 41 Medan, Selasa (2/3/2021). beritasore/ist

Gubsu Ajak Pers Bersinergi Dukung Pembangunan Di Sumut

3 Maret 2021
Gunung Sinabung menyemburkan material vulkanik saat erupsi di Desa Kuta Rakyat, Naman Teran, Karo, Sumatera Utara, Selasa (2/3/2021). Gunung Sinabung erupsi dengan tinggi kolom 5.000 meter di atas puncak. (ant)

Abu Vulkanik Gunung Sinabung Sampai Ke Aceh

2 Maret 2021

Search

No Result
View All Result

TERKINI

  • Mandiri Amal Insani Khitan 40 Anak Brandan 6 Maret 2021
  • Riski Ramadhan : Mari Kita Lestarikan Budaya di Serdang Bedagai 6 Maret 2021
  • Kades Persatuan Pimpin Gotroy Perbaiki Jalan Rusak 6 Maret 2021
  • Malaysia Gencar Tawarkan Wisata Medis 6 Maret 2021
  • Mengukur Dampak Positif Penutupan Kode Broker dan Tipe Investor 6 Maret 2021
  • Laporan Persekongkolan Tender Di Deliserdang Paling Tinggi 6 Maret 2021
  • Bupati Langkat Tandatangani MPP 2021 6 Maret 2021
  • TP-PKK Dan DWP Batubara Berikan 200 Bungkus Nasi Kepada Masyarakat 6 Maret 2021
  • Tokoh Masyarakat Sumut Dukung Vaksinasi Covid-19 6 Maret 2021
  • Pemkab Tapsel Raih Terbaik Satu Program Unmet Need 6 Maret 2021
  • BKPAD Tapsel Buka Pelayanan Pembayaran Pajak Digital 5 Maret 2021
  • Antisipasi Karhutla, Pemkab Tapsel Gelar Apel Pasukan 5 Maret 2021
  • Camat Sunggal Tanam Pohon  5 Maret 2021
  • Bupati Langkat Dihadiahi Tanjak Mahkota Warisan 5 Maret 2021
  • Dinkes Labura Canangkan Vaksinasi Covid-19 Insan Pers 5 Maret 2021

Jadwal Khatib Jumat

Jadwal Khatib Jum’at 27 November 2020

Jadwal Khatib Jum’at 06 November 2020

Jadwal Khatib Jum’at 23 Oktober 2020

Jadwal Khatib Jum’at 16 Oktober 2020

Jadwal Khatib Jum’at 09 Oktober 2020

POPULER

Tebingtinggi Masuk Zona Aman Covid-19

Diduga Disakiti Pacar, Edi Susanto Tewas Gantung Diri

Pelaku Pencurian Kotak Infak Masjid Ubudiyah Diamankan Polsek P. Brandan

Ratusan Napi Rutan Brandan Dibebaskan

Hubungi Kami

Email: [email protected]

  • Disclaimer
  • Pedoman Cyber
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Sitemap

© 2021 Beritasore.co.id - Semua Berita Layak Online.

No Result
View All Result
  • Berita Utama
  • Nasional
  • Medan
  • Sumut
  • Aceh
  • Ekonomi
  • Opini
  • Internasional
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Lainnya
    • Pariwara
    • Jadwal Khatib Jumat
    • Pariwisata

© 2021 Beritasore.co.id - Semua Berita Layak Online.

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.