LHOKSUKON (Berita) : Seratusan pedagang pasar tradisional Geudong, Aceh Utara terlantar di pasar relokasi, Rabu (3/6). Pasca pembongkaran Pasar Inpres, mereka ditempatkan di lokasi yang sulit diakses warga.
Pada 24 April 2020 Perusahaan Daerah Penkab Aceh Utara membongkar Pasar Inpres Geudong, Kecamatan Samudera. Akibatnya, sekitar seratus pedagang kehilangan tempat usaha.
Pemkab Aceh Utara melalui Dinas Pasar merelokasi pedagang ke pinggir Pasar Geudong. Sebagian pedagan membangun lapak baru di Jalan Medan-Banda Aceh, kawasan Menasah Mancang, Samudera. Sementara sejumlah pedagang lainya, menempati pasar relokasi.
“Sudah tiga bulan kami berjualan di sini (pasar baru),” jelas Nurdin, 48, pedagang ayam. Namun dia mengaku pembeli sangat kurang, akibat jalur masuk sulit dilalui. Para pedagang sayur, pedagang ikan, dan pedagang kebutuhan dapur lainnya juga telah menempati pasar yang dibangun pengembang pasar tersebut.
Sebelumnya, pihak terkait berjanji akan membangun jalur akses ke lokasi pasar. Selain itu juga akan disediakan lokasi parkir di dekat pasar. Pemerintah juga akan membangun halaman pasar, sehingga mudah dilintasi warga. “Tapi sampai sekarang tidak dibangun sarana pendukung, ” jelas pedagang lainnya.
Saat ini jalan masuk ke pasar, kondisinya berlumpur dan licin. Beberapa warga terjatuh, ketika berbelanja. Selain itu halaman pasar juga sempit, serta berlumpur ketika hujan. “Kendaraan terpaksa diparkir di depan tempat jualan, karena tidak ada lokasi parkir, ” tambah Siti, 40, pedagang sayur. Sementara lahan pakir yang dijanjikan pemerintah daerah, telah dibangun toko oleh developer.
Siti mengakui, sejak pindah ke pasar baru sering rugi. “Pembeli sepi, ya sering rugi,” ungkapnya. Sebelumnya, rata-rata mampu menjual sayur sampai Rp1juta. Akan tepai, sejak pindah, hanya mampu menjual di bawah Rp500 ribu.
Para pedagang ikan juga mengeluh. Menurut mereka, warga lebih memilih membeli ikan di luar lokasi pasar. “Ya, karena sulit masuk, memilih membeli ikan di luar saja,” jelasnya.
Nurdin bersama para pedagang lainnya, mengaku juga kecewa. Pembangunan sarana pendukung pasar belum terealisasi. Sedangkan, pedagang setiap hari harus mengeluarkan biaya retribusi Rp5000. Sementara, sampah berserakan. Jalur masuk sempit dan berlumpur.
Lokasi parkir tidak ada, karena telah dibangun toko oleh pengembang. Siti dan sejumlah pedagang lainnya, mengamcam akan menggelar dagangan di termina Geudong, bila tidak segera dibangun sarana perdukung.
Sementara itu Kabid Pasar pada Dinas Industri dan Perdagangan Aceh Utara, Mansuri menjelaskan, pihaknya akan mengusulkan pembangunan jalan Pasar Geudong. “Tahun ini tidak ada anggaran,” jelasnya.
Menurutnya, pasar tersebut dibangun developer, namun sekarang telah diserahkan ke Pemkab Aceh Utara. (b08)