LONDON (Berita): Rencana Pemerintah Inggris dan operator Liga Premier memangkas gaji pemain, menjadi polemik setelah Wayne Rooney melancarkan kritik, bahkan lebih keras dari Asosiasi Pesepakbola Profesional (PFA).
“Saya berada di posisi dapat memberikan sesuatu. Tapi tidak semua pesepakbola berada di posisi yang sama,” kritik Rooney, seperti dikutip dari The Sunday Times, Minggu (5/4).
“Kini tiba-tiba profesi ini menjadi sorotan dengan tuntutan untuk melakukan pemangkasan gaji sebesar 30 persen. Mengapa pesepakbola menjadi kambing hitam,” sindir mantan striker Everton dan Manchester United tersebut.
Rencana pemotongan gaji para pemain Liga Inggris muncul setelah operator liga beserta PFA dan Asosiasi Manajer Liga (LMA), melakukan konferensi via telpon untuk mendiskusikannya.
“Jika pemerintah mendekati saya agar mendukung finansial kepada para perawat atau membeli ventilator, saya akan dengan bangga melakukannya. Tapi itu sepanjang saya tahu ke mana uangnya akan pergi,” sindir Rooney.
PFA mengatakan para pemain siap berkontribusi, namun mereka mengingatkan dampak dari pemotongan gaji 30 persen adalah menurunnya pendapatan negara dari pajak.
“Menurut saya, sekarang adalah situasi no-win (bagi pemain). Dilihat dari arah manapun, kami sasaran empuk,” ratap Rooney, mantan kapten Timnas Inggris yang kini membela klub Derby County.
Liga Inggris mendapat banyak kritik karena dianggap tertinggal dari liga-liga papan atas Eropa lainnya dalam merespon pandemi virus corona.
Lembaga Layanan Medis Inggris (NHS), antara lain didanai dari hasil pendapatan negara melalui pajak. Termasuk pajak yang dikenakan terhadap para pesepakbola profesional di Inggris.
“Para pemain sadar bahwa total potongan pajak dari gaji mereka berkontribusi signifikan terhadap pembiayaan layanan publik penting, yang saat ini perannya sangat dibutuhkan,” demikian pernyataan di laman resmi PFA.
“Tawaran pemotongan 30 persen gaji tahunan setara lebih dari 500 juta poundsterling atau berkurangnya pendapatan pajak pemerintah sekira 200 juta poundsterling,” tambah pernyataan itu.
PFA berharap hal itu bisa turut menjadi pertimbangan sebelum melanjutkan negosiasi mengenai wacana pemotongan gaji pemain di tengah kesulitan ekonomi akibat pandemi virus corona yang bermula dari Wuhan di China.
PFA juga berkomentar mengenai rencana Liga Premier mendonasikan 20 juta pounds untuk pendanaan kebutuhan NHS selama penanganan pandemi, tetapi menilai nominalnya seharusnya bisa lebih besar.
Beda dengan Rooney, Manajer Timnas Inggris Gareth Southgate telah menyetujui pemotongan gaji 30 persen dan segera dikonfirmasi Football Association (FA) pekan depan.
“Implikasi finansial dari virus corona belum diketahui. Namun sebagai organisasi nirbala, kami ingin memastikan bahwa kami mengambil tindakan yang sesuai untuk mendukung organisasi yang lebih luas dan karyawan kami,” klaim FA.
“Kami akan memberi pengumuman lebih jauh mengenai langkah selanjutnya pada waktunya,” lanjut pernyatan itu, seperti dikutip dari Sky Sports.
Langkah Southgate diambil pada akhir pekan ketika para pemain liga berada di bawah tekanan politik yang meningkat untuk melakukan pemotongan gaji.
Sekretaris Kesehatan Matt Hancock telah meminta pesepakbola Liga Premier melakukan pemotongan gaji dan mempertimbangkan topik itu dalam brifing harian pemerintah.
Sebelumnya, Liverpool menjadi klub Liga Premier terbaru yang merumahkan karyawannya yang tidak bermain untuk cuti. Manajemen The Reds mengikuti jejak Tottenham Hotspur, Norwich City, Newcastle United dan Bournemouth.
Southgate bergabung dengan pelatih kepala rugby Inggris Eddie Jones yang memotong gajinya. Jones sudah setuju untuk memotong gajinya lebih dari 25 persen, bersama dengan Tim Eksekutif Rugby Football Union. (waspada.id/rtr/sky)