Sudah setahun lebih Pandemi Covid 19 menyelimuti dunia dengan catatan peristiwa yang buruk dalam tatanan sosial dan ekonomi yaitu ketakutan, pemutusan hubungan kerja atau PHK yang meningkatkan angka pengangguran dan kemiskinan, bahkan sampai pada banyaknya korban meninggal dunia.
Menurut data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumatera Utara menyebutkan pasien meninggal dunia karena positif virus corona di Sumut hampir mencapai 1.000 orang per Maret 2021.
Entah sampai kapan pandemi Covid 19 ini berakhir, namun yang pastinya kita tetap berdoa kepada Allah SWT agar kita selamat dari ujian dan cobaan ini. Amiin.
Pandemi Covid 19 masih terus menyebar, namun bukan karena Covid 19 pula kita berhenti untuk beraktifitas sehari-hari apalagi terkait dengan berekonomi untuk memperoleh atau mencari rezeki.
Sebagaimana diketahui bahwa dampak penyebaran pandemi Covid 19 hampir telah menghentikan aktifitas ekonomi, yaitu banyak perusahaan berhenti beroperasional karena tidak mampu memberikan gaji kepada karyawannya.
Sedikitnya 14.000 karyawan dari 283 perusahaan di Sumatera Utara terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Dalam Islam, mencari rezeki di hamparan bumi Allah SWT. adalah hal yang seharusnya dilakukan oleh manusia (hukumnya wajib) tanpa terkecuali bagi umat Islam.
Hal ini termaktub dalam Al Quran Surah At-Thalaq ayat 3, yang intinya bahwa rezeki itu bisa datang dari mana saja, kapan saja, dan siapa saja.
Tentunya kita harus bekerja atau berikhtiar dengan tidak bermalas-malasan menunggu datang dari langit (tanpa usaha) seperti pengemis.
Termasuk juga memperoleh ketaqwaan di bulan ramadhan, yaitu diperlukan adanya suatu usaha atau ikhtiar untuk memperolehnya. Usaha yang dimaksud adalah berpuasa.
Adanya perintah berpuasa bagi orang-orang beriman untuk berpuasa di bulan Ramadhan, hukumnya wajib.
Puasa adalah satu diantara syarat memperoleh ketaqwaan, yaitu menahan diri dari makan, minum atau dari hal-hal yang membatalkan, mulai terbit fajar sampai terbenam matahari (Maghrib).
Artinya memperoleh rezeki dan memperoleh ketaqwaan harus melakukan usaha atau bekerja sebagai prinsip yang harus dimiliki setiap umat Islam dan orang-orang beriman.
Kondisi Krisis Ekonomi
Semenjak kehadiran Covid 19, status ekonomi nasional dan regional Sumatera Utara cukup mengkhawatirkan, yaitu adanya gangguan-gangguan sehingga pertumbuhan ekonomi nasional mencapai minus 2,07 Persen bahkan lebih rendah dari pertumbuhan Sumatera Utara yang mencapai minus 2,94 Persen padahal sebelumnya mencapai positif 5 sampai 7 persen.
Berbagai strategi dilakukan oleh pemerintah dalam rangka menggenjot pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Para analis ekonomi nasional dan internasional sebut saja Rizal Ramli menyebutkan bahwa kondisi ekonomi global sedang mengalami krisis, bahkan negara tetangga Singapura sudah menyatakan dirinya resesi karena pertumbuhannya jatuh ke level minus 42,9.
Permasalahan ini harus disikapi dengan kebijakan yang bijaksana karena jika salah langkah maka rentan terhadap mosi tidak percaya rakyat kepada pemerintah karena tidak mampu menyahuti permasalahan krisis sosial dan ekonomi.
Jika penulis contohkan dalam usaha penjualan makanan/kue dengan harapan adanya pembeli. Minimnya pembeli karena masyarakat sudah di PHK atau minim pendapatan maka sulit bagi masyarakat membeli makanan tersebut.
Penjual kue akan berhenti berjualan karena sedikit pembeli bahkan tidak sama sekali. Selanjutnya, begitu juga dengan penjual bahan dasar makanan kue seperti tepung, telor dan lainnya yang juga akan berdampak dari kondisi ekonomi yang tertekan, kondisi ekonomi ini disebut dengan rantai pasokan.
Pemerintah melakukan motivasi atau dukungan dalam bentuk bantuan dana kepada masyarakat melalui UMKM, karena aktivitas usaha melalui usaha mikro kecil dan menengah dianggap paling tepat dan cepat memperbaiki ekonomi nasional dengan persentase usaha nasional hampir 80 persen dengan merekrut tenaga kerja sebanyak 97% tenaga kerja nasional, jika dibandingkan dengan usaha/perusahaan besar yang hanya menyerap 3 persen.
Prinsip dan Penguatan Ekonomi
Setiap masa pasti ada kesalahan (sunatullah), namun kalau kesalahan berkepanjangan bahkan menderita kesengsaraan, pasti adanya kesalahan manusia itu sendiri (human error) yang membuat kebijakan termasuk rakyat itu sendiri.
Tentunya, sebagai rakyat dan warga negara harus memiliki kesadaran bahwa kuat dan lemahnya ekonomi seseorang bagaimana dia memperolehnya dengan ikhlas, semangat, dan komitmen untuk bekerja.
Dengan demikian semua sektor kehidupan masyarakat terutama sektor sosial dan ekonomi akan menjalankan secara konsekuen prinsip-prinsip
Bekerja dalam Islam harus memandang kehalalan dan baiknya pekerjaan, bahwa memperoleh rezeki dari suatu pekerjaan akan menentukan kekuatan ekonomi masyarakat bahkan negara. Jika suatu wilayah menjalankan praktik-praktik ekonomi atau bisnis yang tidak adil maka akan mudah terjun ke dalam jurang kesengsaraan.
Bukan besarnya sebuah perusahaan sehingga disebut sukses dan maju. Namun, Islam melihat sistem yang dijalankan perusahaan yang tidak menzolimi karyawannya.
Ekonomi dalam Islam tidak bisa dilepaskan dari dimensi teologis atau ketuhanan semata karena ekonomi pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia sebagai ciptaan Allah.
Sebagai ciptaan Allah, maka kegiatan ekonomi dalam Islam adalah bagian dari penghambaan manusia kepada Tuhannya.
Dengan demikian ekonomi dalam Islam yaitu mengeksplorasi dan memanfaatkan sumber-sumber yang ada di alam semesta tidak boleh berdampak pada kerusakan alam dan melahirkan kerusakan sosial, sebaiknya harus memberi kemanfaatan bagi kehidupan bersama dan menjadi bentuk kesalihan sosial yang meluas.
Termasuk juga mencari rezeki dalam Islam misalnya, setiap pribadi Muslim harus memiliki prinsip ekonomi dalam kehidupan yaitu dianjurkan untuk berniat memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya.
Maka besar atau kecil rezeki yang didapatkan maka seseorang mendapat pahala di sisi Allah. Karena inti dari kegiatan ekonomi dalam Islam tidak terbatas di dunia, tapi mewujudkan kemenangan di akhirat.
Prinsip ekonomi dalam Islam yaitu mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk memperoleh keuntungan yang optimal. Penutup dalam tulisan ini, bahwa prinsip berekonomi yaitu semangat, bekerja keras, rasionalitas, mengutamakan kebutuhan daripada keinginan adalah kekuatan yang mampu menguatkan perekonomian masyarakat dan negara.
Dengan berpuasa di bulan Ramadhan juga akan menambah kekuatan tersendiri bagi umat Islam untuk mengakselerasikan ekonomi nasional menjadi maju. Semoga kita tetap berusaha dan berikhtiar untuk Indonesia yang berkemajuan. Amiin. *** H. Hendra Cipta, SE, Penulis adalah Ketua Fraksi PAN DPRD Sumut *** ( Berita )