Seminar FISIP Universitas HKBP Nommensen, Barry Titip Pesan Untuk Anak Muda

  • Bagikan

Medan (Berita): Anak muda harus memiliki kemampuan intelektualitas, teruji dalam berbagai disiplin ilmu, memiliki hati yang baik, dan tanggung jawab yang baik untuk membawa Indonesia ke depan.

 

“Kecerdasan intelektual beriringan dengan kecerdasan emosional dan spiritual. Dengan itu, kita bisa membangun karakter bangsa, karena bangsa yang berkarakterlah yang dapat berhasil bertahan dan bisa mengalami kemajuan di tengah arus deras informasi oleh pesatnya perkembangan teknologi informasi dan digital.”

Pesan-pesan itu dikatakan oleh Barry Simorangkir Tokoh asal Sumatera Utara, Kamis 20/6/24 di Universitas HKBP  Nomensen Medan.

Barry yang 21 tahun di Amerika Serikat (AS) untuk studi hingga Master (M.Sc.) di bidang Computer Science dan berkarir dalam dunia ICT juga mengembangkan bisnis hingga sukses, selama 10 tahun ini menjadi tenaga ahli dan penasehat senior di Kementerian Kominfo RI, khususnya untuk Program Smart City Indonesia.

Hal itu disampaikan Barry untuk anak-anak muda dalam Seminar Internasional yang diselenggarakan oleh FISIP Universitas Nommensen, Medan, Sumut, 20/6/2024.

Seminar Internasional Fisipol UHN ini dibuka oleh Rektor UHN Dr. Richard A.M Napitupulu, S.T., M.T. Adapun sebagai Keynote Speaker adalah Alexander J. Klemm Ph.D dari Swiss. Sementara para pemateri terdiri dari Dr. Aaron Loh akademisi dari Singapura dan Thailand; Dr. Drs. Nalom Siagian, Dekan Fisipol UHN; Profesor Dr. Subarudi, peneliti BRIN, dan Barry Simorangkir sebagai profesional.

Beberapa point yang bisa dicatat dari paparan pria 51 tahun yang meraih penghargaan internasional The World 200 CIO Awards dalam Change Management ini, adalah terkait situasi dan kondisi Indonesia saat ini dan tantangan dan peluangnya ke depan.

Barry menekankan masalah kualitas SDM Indonesia, padahal ini adalah masa bonus demografi. Hampir 70% populasi adalah productive age. Sebuah keunggulan namun bisa menjadi backfire. Jika SDM-nya tidak berkualitas, sehingga menjadi bencana demografi.

“Kalau SDM tidak memiliki pendidikan yang bagus. Terutama dalam bidang teknologi, kita bisa ditelan oleh zaman, dan hanya menjadi pengguna yang hanya terdampak buruk-buruknya teknologi,” kata Barry yang juga ahli dalam transformasi digital.

Sejatinya teknologi adalah enabler, yang mempermudah manusia dalam mengatasi masalah-masalahnya. Termasuk masalah di masyarakat juga dalam pemerintahan.

Dalam seminar tersebut dikemukakan juga masalah yang terjadi sekarang ini. Yaitu banyak orang yang kini tidak bekerja dengan hati. Para pemimpin tidak memberikan tauladan. Pemimpin tidak satu kata dengan perbuatan. Padahal itu adalah masalah fundamental yang harus diperbaiki.

“Akibatnya, generasi muda kini menjadi pragmatis. Berpikir untuk menjadi kaya dengan menjadi pejabat,” ungkap Barry.

Ada ketakutan bahwa tanpa jabatan tinggi atau tanpa harta, _is nobody_.

Barry berpesan di hadapan civitas academica Nommensen bahwa pentingnya menjaga integritas dan harga diri yang utuh.(rel).

 

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *