Seorang Bocah Meninggal Korban Corona Di Inggris

  • Bagikan
Ilustrasi Covid-19 di Eropa. Inggris Raya mencatat angkat kematian tertinggi Covid-19 terbaru, yang mencapai 708 dalam satu hari. Di antara korban, ada anak berusia lima tahun dan remaja. (AFP/OSCAR DEL POZO)
Ilustrasi Covid-19 di Eropa. Inggris Raya mencatat angkat kematian tertinggi Covid-19 terbaru, yang mencapai 708 dalam satu hari. Di antara korban, ada anak berusia lima tahun dan remaja. (AFP/OSCAR DEL POZO)

Jakarta (Berita): Inggris Raya pada Sabtu (4/4) mencatat angka kematian tertinggi terbaru, 708, akibat Covid-19. Ratusan korban meninggal tersebut termasuk anak berusia lima tahun yang menjadi korban termuda di negara tersebut.

Kementerian Kesehatan Inggris mengatakan sebanyak 4.313 pasien Covid-19 di rumah sakit meninggal dunia, per Jumat (3/4) sore. Sementara itu total ada 41.903 kasus positif di negara tersebut per Sabtu (4/4) pagi, naik 3.735 kasus.

Angka kematian dari wabah Covid-19 di Inggris Raya terus meningkat dengan kejadian lebih dari 500 orang meninggal setiap harinya. Inggris Raya pun harus bersiap menghadapi puncak berikutnya yang diperkirakan terjadi pekan depan hingga 10 hari mendatang.

Lembaga layanan kesehatan negara tersebut, National Health Service (NHS), mengatakan setidaknya di Inggris ada 637 kematian yang terjadi akibat Covid-19.

“Pasien berusia antara lima tahun dan 104 tahun. 40 dari 637 pasien yang berusia 48-93 tahun diketahui tidak memiliki penyakit bawaan,” kata lembaga tersebut dalam pernyataannya.

NHS mengatakan pihaknya tak akan memberikan informasi lebih lanjut terkait korban termuda atas permintaan pihak keluarga.

Seorang anak laki-laki asal London berusia 13 tahun, Ismail Mohamed Abdulwahab, meninggal dunia pekan lalu, beberapa hari setelah positif terinfeksi Covid-19. Keluarganya mengatakan anak itu tak memiliki penyakit apa pun sebelumnya.

Menteri Michael Gove mengatakan dari pengamatan harian atas keluarga Abdulwahab menunjukkan, sang ibu dan saudaranya kini mengalami gejala indikasi Covid-19.

Gove menambahkan, dari angka kematian secara total tersebut termasuk tujuh anggota medis profesional.

Perdana Menteri Boris Johnson yang juga mengalami gejala menengah dan tengah mengisolasi diri, meminta lockdown tiga pekan atas negara tersebut pada 23 Maret demi memutus penyebaran infeksi.

Namun ada kekhawatiran bahwa cuaca yang diprediksi menghangat di Inggris pada pekan ini dapat menggoda masyarakat untuk keluar dari rumah mereka menuju tempat terbuka dan taman-taman.

Menteri Kesehatan Matt Hancock telah memperingatkan publik soal hal tersebut, “Bila kita melakukannya, orang-orang akan meninggal,”

Epidemiolog dari Imperial College London, Neil Ferguson yang juga menjadi penasihat pemerintah Inggris mengatakan pada Sabtu (4/4) bahwa puncak wabah Covid-19 diperkirakan pada akhir pekan Paskah.

“Kita masih berpikir hal-hal akan meningkat, tetapi kita akan berada pada tingkat infeksi yang cukup tinggi selama berminggu-minggu, dibandingkan melihat penurunan cepat seperti yang terjadi di China,” katanya.

Namun ia mengatakan hal tersebut bergantung pada masyarakat yang berdiam diri di rumah. Bila itu terjadi, pelemahan wabah bisa terjadi “setidaknya akhir Mei”.

Pengumuman peningkatan rekor kematian ini muncul setelah 13 pasien di rumah perawatan di Glasgow meninggal dunia dalam satu pekan yang diduga Covid-19.

Burlington Court Care Home mengatakan mereka yang meninggal memiliki riwayat penyakit dan dua staf anggotanya telah dirawat sebagai antisipasi Covid-19.

Sementara itu, Pemerintah Inggris Raya mengumumkan bahwa nyaris 4.000 narapidana yang berada di akhir masa hukuman mereka dan berisiko rendah terinfeksi di Inggris dan Wales berpeluang dibebaskan untuk menghentikan penyebaran Covid-19.

Sebanyak 88 narapidana dan 15 staf penjara positif terinfeksi Covid-19, dan ada kekhawatiran bahwa virus itu dapat menyebar dengan cepat karena faktor penggunaan sel secara bersama dan kepadatan penghuninya. (cnn/AFP/end)

Berikan Komentar
  • Bagikan