MEDAN. (Berita): Program USAID Indonesia llaUrban Resilient Water, Sanitation and Hygiene (USAID IUWASH Tangguh) mendukung upaya perintah dan berkolaborasi dengan sektor swasta untuk meningkatkan akses air bersih dan sanitasi yang aman bagi masyarakat rentan di perkotaan.
Regional Manager USAID IUWASH Tangguh North Sumatra Regional Office (NSRO), Zulfa Ermiza mengatakan hal itu pada media gathering bertema “Bagaimana Layanan Air Minum Aman di Sumatera Utara” di kantornya Kamis (10/8).
Pembicara pada acara itu Direktur Utama Perumda Tirtanadi Kabir Bedi yang memaparkan tentang proses mendapatkan air bersih dan aman hingga sampai ke pelanggan.
Zulfa mengatakan USAID IUWASH Tangguh akan mendukung 1,5 juta penduduk mendapatkan akses air minum aman dan 1 juta penduduk untuk mempunyai sanitasi aman.
Ia menjelaskan program USAID IUWASH Tangguh sendiri bekerja di tingkat pusat dan 38 kabupaten/kota, termasuk di Sumatera Utara, tepatnya di Medan, Binjai, Pematangsiantar, Deliserdang dan Simalungun. Pihaknya sudah bergerak sejak 2022 kemarin sampai pertengahan Juli 2027 dengan program hibas jasa antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Amerika.
Zulfa menyebut karena program ini bekerjasama dengan provinsi dan 5 kabupaten/kota di Sumut dibidang pengelolaan sumber daya air. Maka terget kita yakni pencapaian target aman air minum, layanan aman air minun, layanan aman sanitasi, perubahan perilaku masyarakat, pengelolaan sumber daya air yang berketahanan iklim yang semuanya harus inklusif.
“Sebab kebutuhan air minum ini dituntut untuk semua kalangan tidak hanya perempuan tapi ada lansia dan anak-anak di sana,” jelasnya.
Di Sumut sendiri, sambung Zulfa kalau dilihat tentang akses air minum ini memiliki target secara nasional. Berdasarkan pendataan Bappeda Sumut yang sudah disampaikan ke Bappenas pada 2021 yang lalu bahwa rumah tangga dengan akses air minum layak itu sudah 100 persen..
“Layak ya, bukan aman. Karena masih 26,97 yang menggunakan jaringan perpipaan yakni air yang bersumber dari PDAM atau non PDAM. Sebab masih banyak masyarakat yang masing mengambil air dari sungai atau memanggul air ke rumahnya. Jadi belum teraliri secara jaringan perpipaan,” terangnya.
Bila secara rinci untuk di lima kabupaten/kota wilayah kerja USAID IUWASH Tangguh tadi seperti di Binjai air minum layak itu baru 40 persen dan baru 60 persen yang menggunakan jaringan perpipaan.
Kemudian di Kota Medan memang air minum layak sudah 72,58 persen umumnya sudah perpipaan. Deliserdang untuk jaringan perpipaan masih 7,6 persen bukan jaringan perpipaan 69,7 persen. Di Simalungun jaringan perpipaan 22 persen dan yang air minum layak baru 38,2 persen karena mereka banyak perdesaan.
“Nah, untuk di Pematang Siantar mendekati 100% yakni sudah 97,48 persen jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan 2,52 persen,” ungkapnya.
Pematang Siantar sendiri, sambungnya nyaris cakupan 100 persen menjadi piloting nasional dan Pematang Siantar juga menjadi daerah piloting untuk Zona Air Minum Prima (ZAMP).
“Kementerian juga meminta Kota Medan agar bisa mendapatkan cakupan hingga 100 persen. Ke depan tim teknis dari pusat akan duduk dengan Tirtanadi, Pemerintah Provinsi dan Pemko Medan untuk pilot nasional target capaian layanan air minum perpipaan yang aman,” katanya. (wie)